Ganjar disebut perlu memahami substansi safari politik yang menyerupai kampanye jelang Pemilu 2024, khususnya di rumah ibadah.
"Dari awal saya sampaikan, tolong punya etika dong. Jangan gunakan tempat ibadah sebagai ajang kampanye walaupun belum tahapan kampanye," kata Koordinator Divisi Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bawaslu RI Totok Hariyono kepada wartawan, Rabu (31/5/2023).
Pria yang didukung maju sebagai bakal calon presiden 2024 oleh PDI-P itu disebut tak bisa dinyatakan melanggar ketentuan sebab belum dimulainya masa kampanye dan penetapan calon presiden.
Totok mengakui, regulasi yang ada tidak memberi keleluasaan kepada Bawaslu untuk menindak tindakan sejenis curi start kampanye, atau bentuk-bentuk safari politik lain yang terjadi sebelum masa kampanye.
Di sisi lain, kendati sudah mengantongi dukungan secara resmi dari partainya, Ganjar belum terdaftar secara definitif sebagai calon presiden 2024.
Hal ini disampaikan merespons publik yang mempertanyakan Bawaslu yang dianggap tak berbuat apa-apa atas kejadian ini.
"Karena unsur pelanggarannya belum ada, maka kita masuk di ruang etika. Artinya, sanksinya ya sanksi moral, kepada siapa pun itu," ujar Totok.
"Tangan Bawaslu terbatas," lanjut dia.
Sebagai informasi, Ganjar menyambangi Masjid Agung Banten di Serang, Minggu (28/5/2024). Di sana, Ganjar melakukan ziarah di makam Sultan Maulana Hasanudin.
Ribuan jemaah dan puluhan kiai turut menyambut kedatangan gubernur yang belakangan sering safari politik itu.
Sebelumnya, Bawaslu juga pernah menyoroti bakal capres yang melakukan safari politik di rumah ibadah.
Anies sempat dilaporkan secara resmi oleh sekelompok warga sipil ke Bawaslu RI atas tindakan tersebut.
Namun, Bawaslu menyatakan laporan tersebut tidak bisa diterima karena alasan yang sama: belum dimulainya masa kampanye dan pendaftaran bakal capres.
Meski demikian, dalam konferensi pers, Bawaslu RI menyebut tindakan yang dilakukan Anies tak etis dan bisa dianggap sebagai tindakan curi start kampanye.
https://nasional.kompas.com/read/2023/06/01/07004311/ganjar-safari-politik-ke-masjid-agung-banten-bawaslu-tolong-punya-etika