Salin Artikel

Ironi Peneliti BRIN: Berpendidikan Tinggi, tapi Ancam Warga Muhammadiyah karena Beda Lebaran 2023

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin (APH) ditetapkan sebagai tersangka ujaran kebencian berdasarkan SARA dan ditahan oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Andi ditangkap polisi atas kasus ancaman pembunuhan warga Muhammadiyah.

Kepada polisi, Andi mengaku lelah dan kesal karena debat mengenai beda penetapan Lebaran Idul Fitri 2023 tidak kunjung selesai, sehingga kalimat tak pantas tersebut terlontar dari dirinya.

Padahal, Andi memiliki latar belakang pendidikan tinggi berupa ilmuwan dan berhasil menjadi salah satu pegawai BRIN.

Latar belakang Andi tersebut pun membuat polisi heran dan bertanya-tanya kenapa pria berusia 30 tahun itu bisa melakukan ancaman terhadap warga Muhammadiyah.

Bareskrim Polri menegaskan bahwa apa yang Andi lakukan ini tidak pantas.

 

"Motivasinya tadi kami sempat tanyakan kepada yang bersangkutan, bahwa selama ini Pak Thomas (peneliti BRIN Thomas Djamaluddin) sering berdiskusi tentang gimana yang fokus dari pada pernyataan ini adalah pada saat penetapan Lebaran," ujar Dirtipidsiber Bareskrim Brigjen Adi Vivid dalam jumpa pers di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (1/5/2023).

"Nah, rupanya percakapan ini sudah dilakukan berulang kali, dan di situ ada jawaban, ada tanya ada jawab, ada pendapat. Nah, yang bersangkutan menyatakan pada saat menyampaikan hal itu tercapailah titik lelahnya dia," sambungnya.

Vivid menjelaskan, ketika lelah, Andi emosi. Walhasil, muncullah kalimat ancaman tersebut di Facebook. Adapun komentar itu Andi tulis di Facebook pada 21 April 2022 dalam posisi sendirian.

"Kemudian dia emosi, karena ini kok diskusinya enggak selesai-selesai, akhirnya emosi dan terucaplah kalimat atau kata-kata tersebut," tutur Vivid.

Minta dilindungi ketika diringkus

Selanjutnya, Vivid menyampaikan bahwa Andi ketakutan ketika ditangkap oleh polisi di Jombang, Jawa Timur. Saat itu, Andi sedang berada di sebuah rumah kos. Menurut dia, Andi tidak melawan sama sekali ketika diringkus oleh kepolisian.

"Pada saat penangkapan, beliau tidak melakukan perlawanan, yang bersangkutan minta perlindungan. Yang bersangkutan sudah ketakutan," jelasnya.

Vivid mengatakan, Andi takut karena komentarnya di Facebook itu viral dan membangkitkan amarah warga Muhammadiyah.

Maka dari itu, ketika ditangkap, Andi justru meminta perlindungan dari polisi.

"Karena dia tidak sadar bahwa kata-katanya membangkitkan amarah seluruh umat Muhammadiyah," ucap Vivid.

Polisi tegaskan tidak pantas

Vivid mengaku heran dengan perbuatan Andi, melihat latar belakangnya yang merupakan seorang ilmuwan.

"Terus kenapa Bapak sebagai orang yang memiliki keilmuan yang cukup sehingga sampai terpilih menjadi salah satu pegawai di BRIN, kenapa kok seperti itu?" kata Vivid membeberkan percakapannya dengan Andi.

Meski demikian, Vivid menegaskan bahwa apa yang Andi lakukan ini tidak pantas. Apalagi, kata dia, pengancamannya sampai ke pembunuhan.

Akan tetapi, Vivid melihat mungkin saja Andi bisa khilaf lantaran juga merupakan seorang manusia.

"Ya memang sangat-sangat tidak pantas ya menantang 'saya bunuh satu per satu'. Itu kan sangat-sangat tidak pantas diucapkan seorang yang tadi saya bilang, keilmuannya tinggi," imbuhnya.

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/02/08054821/ironi-peneliti-brin-berpendidikan-tinggi-tapi-ancam-warga-muhammadiyah

Terkini Lainnya

Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Nasional
Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Nasional
Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Nasional
Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Nasional
Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Nasional
Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Nasional
Sri Mulyani Cermati Dampak Kematian Presiden Iran terhadap Ekonomi RI

Sri Mulyani Cermati Dampak Kematian Presiden Iran terhadap Ekonomi RI

Nasional
Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Nasional
Pernah Dukung Anies pada Pilkada DKI 2017, Gerindra: Itu Sejarah, Ini Sejarah Baru

Pernah Dukung Anies pada Pilkada DKI 2017, Gerindra: Itu Sejarah, Ini Sejarah Baru

Nasional
Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Nasional
MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

Nasional
Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Nasional
Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Nasional
BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke