Pasalnya, Puan digadang-gadang menjadi calon presiden (capres) dari PDI-P. Namun, elektabilitas Puan tak kunjung naik.
Awalnya, Adi menjelaskan bahwa elektabilitas seorang elite politik dilihat dari seberapa sering orang itu turun ke rakyat.
"Elektabilitas itu kaitannya dengan kerja-kerja politik ke bawah. Dia misalnya turun ke masyarakat, memberi bantuan sosial, menawarkan solusi-solusi yang dihadapi oleh rakyat," ujar Adi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/9/2022).
Adi menyebut sudah banyak pemimpin di Indonesia yang turun ke rakyat untuk mendongkrak elektabilitasnya masing-masing.
Para elite berkeliling Indonesia untuk mengunjungi rakyat dan memberikan mereka bantuan.
"Semakin sering komunikasi, semakin sering memberi bantuan sosial, semakin sering memberi solusi yang dihadapi, maka sangat mungkin elektabilitasnya akan tinggi," tuturnya.
"Jadi, kalau mau meningkatkan elektabilitas, Mba Puan harus sering-sering berkunjung ke berbagai penjuru tanah air, seperti yang dulu sering dilakukan oleh Jokowi," sambung Adi.
Apalagi, kata Adi, sekitar 65 persen masyarakat di Indonesia berada di kelas ekonomi menengah bawah dengan pendidikan rendah.
Sehingga, yang rakyat lihat adalah seberapa sering seorang pemimpin mengunjungi mereka, tidak peduli apa yang terjadi di media sosial.
Sebelumnya, Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menilai PDI-P akan sulit memiliki presiden dari kadernya sendiri lagi jika mengusung Puan Maharani.
Awalnya, pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, PDI-P memang bisa mengajukan capres sendiri pada tahun 2024. Dia menduga PDI-P bisa menang pada Pemilu 2024 apabila tidak salah mengambil langkah.
"Logikanya kan begini, PDI-P partai paling besar perolehan suaranya. Dugaan kita di Pemilu 2024, kalau enggak ada kesalahan kebijakan atau kesalahan langkah politik, kemungkinan PDI-P kembali akan jadi nomor satu di 2024 ini," ujar Saiful dalam siaran YouTube SMRC bertajuk "Siapa Calon Presiden PDI-P 2024?", Kamis (15/9/2022).
Saiful menjelaskan, PDI-P memiliki posisi yang sangat bagus untuk memenangkan calon presiden yang ingin diusung.
Hanya saja, PDI-P harus memilih sosok capres itu dengan sangat hati-hati agar tidak salah pilih.
"Dan ini juga yang membuat sampai hari ini belum memutuskan. Jadi butuh waktu lebih lama untuk memutuskan. Karena diharapkan calonnya adalah jadi (presiden)," tuturnya.
Kemudian, Saiful menyebutkan, semua partai politik pasti memiliki keinginan untuk menang dalam kontestasi pemilu.
Saiful lantas menyinggung Puan Maharani yang terlihat berpotensi diusung oleh PDI-P sebagai capres.
"Kita mengerti bahwa Puan Maharani itu digadang-gadang untuk jadi calon. Itu sangat logis karena beliau adalah pimpinan dari parpol. Mungkin orang kedua terpenting setelah Bu Megawati," kata Saiful.
Saiful mengingatkan PDI-P agar mempertimbangkan secara matang jika ingin mengusung Puan, apakah cucu Soekarno itu bisa menang atau tidak.
Berdasarkan survei yang SMRC lakukan sejak Maret 2021-Agustus 2022, Puan memiliki elektabilitas yang cenderung buruk.
Pada Maret 2021, elektabilitas Puan hanya bertengger di angka 0,5 persen. Di Agustus 2022, elektabilitas Puan naik sangat tipis, yakni hanya menjadi 1 persen.
"Puan itu enggak ke mana-mana. Di angka yang gap-nya terlalu jauh, 1 persen. Itu dari 0,5 jadi 1. Secara statistik itu enggak signifikan. Kalau dari 0,5 jadi 4 sih bisa. Itu ada kemajuan. Kalau 0,5 jadi 1 itu enggak pergi ke mana-mana," paparnya.
Sehingga, jika melihat elektabilitas Puan yang anjlok, Saiful tidak melihat alasan kenapa PDI-P harus mencalonkan Puan Maharani.
Menurut dia, jika PDI-P memiliki target agar capres yang mereka usung harus menang menjadi Presiden, maka sangat berat kalau mencalonkan Puan.
"Kalau kondisinya seperti ini ya berat dong," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/28/13245321/tips-dari-pengamat-politik-untuk-puan-maharani-jika-mau-punya-elektabilitas