Salin Artikel

Saat Air Mata Fatmawati Jatuh Berlinang Membasahi Sang Saka Merah Putih...

JAKARTA, KOMPAS.com - "Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih". Demikian tertuang dalam Pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945.

Puluhan tahun pascapara pejuang memekik "Indonesia merdeka", Merah Putih berkibar di halaman-halaman gedung perkantoran, di halaman sekolah dan lembaga pendidikan, di alun-alun kota, dan lainnya.

Jelang Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan ke-77 RI, 17 Agustus 2022, masyarakat Indonesia diimbau mengibarkan bendera Merah Putih sepanjang bulan Agustus.

Tentu saja, ini demi memperingati hari Proklamasi dan mengobarkan semangat kemerdekaan.

Memang, lahirnya Merah Putih sebagai bendera bangsa punya sejarah mendalam.

Di balik pengibaran Sang Saka Merah Putih di Hari Proklamasi 17 Agustus 1945, ada kisah panjang tentang perebutan kemerdekaan. Ada darah yang tertumpah, keringat yang mengalir, bahkan air mata yang berderai.

Fatmawati, istri Proklamator Soekarno, bersaksi di balik itu. Air matanya deras bercucuran tatkala menjahit Bendera Pusaka.

Permulaan

Lahirnya Bendera Pusaka Merah Putih berawal dari rencana seorang perwira Jepang bernama Shimizu untuk memenuhi "janji kemerdekaan" dari Jepang untuk Indonesia.

Shimizu merupakan Kepala Bagian Propaganda Gunseikanbu atau pemerintah militer Jepang di Jawa dan Sumatera.

Dia memosisikan diri sebagai orang pro-Indonesia. Ini merupakan bagian dari skenario yang ia mainkan sebagai kepala barisan propaganda.

Sebagaimana diketahui, sejak awal 1943 kejayaan Jepang perlahan runtuh akibat tekanan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Oleh karenanya, Jepang memainkan politik "saudara tua" dengan Indonesia. Dengan embel-embel itu, Jepang berjanji mengizinkan para pemimpin tanah air memproklamasikan kemerdekaan.

Janji kemerdekaan ini merupakan taktik yang sengaja dimainkan Jepang guna meraih simpati dan dukungan rakyat Indonesia pada Perang Asia Timur Raya.

Shimizu adalah orang di balik rencana menyediakan rumah bagi Bung Karno yang kala itu telah diakui sebagai pemimpin Indonesia.

Suatu saat, Bung Karno berkunjung ke kantor Shimizu di Gunseikanbu (sekarang kantor pusat Pertamina di Jakarta Pusat).

Di situ, Shimizu menginstruksikan anak buahnya bernama Chaerul Basri untuk mencari rumah buat “orang besar” yang tidak lain adalah Soekarno.

Kepada Chaerul, Bung Karno meminta dicarikan rumah dengan halaman yang luas.

“Agar saya bisa menerima rakyat banyak,” kata Soekarno.

Jadi lah, rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta Pusat, diperuntukkan bagi Soekarno.

Rumah itu yang lantas menjadi saksi dijahitnya Sang Saka Merah Putih oleh Fatmawati.

Tetesan air mata

Sebelum Indonesia merdeka, sangat sulit mendapatkan bahan kain untuk membuat bendera dengan ukuran yang besar.

Tak heran, sebab rakyat saja menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan karung atau goni. Kesulitan ini disebabkan oleh kelangkaan tekstil.

Fatmawati pun meminta bantuan Shimizu soal ini. Shimizu lalu menginstruksikan seorang perwira Jepang mencari kain merah dan putih.

Mencari ke sana ke mari, sang perwira berhasil membawa dua kain berwarna merah dan putih yang berkuran besar dan terbuat dari bahan katun halus.

Kain tersebut didapat dari sebuah gedung di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat, yang lantas diantarkan oleh Chaerul Basri ke kediaman Soekarno dan Fatmawati di Jalan Pegangsaan.

Mulai lah Fatmawati menjahit. Dia tak punya banyak waktu untuk membuat bendera.

Padahal, ketika itu Fatmawati tengah hamil tua. Bahkan, sudah bulannya untuk melahirkan Guntur Soekarnoputra, putra sulung dirinya dan Soekarno.

“Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih,” kenang Fatmawati dalam buku berjudul Berkibarlah Benderaku, Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka karya Bondan Winarno (2003).

Fatmawati menjahit bendera besar itu di ruang makan rumahnya dengan kondisi fisik yang cukup rentan.

“Jadi saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja. Sebab dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit,” katanya.

Dia bekerja keras demi menyelesaikan Sang Saka Merah Putih dalam waktu singkat. Bahkan, tak jarang air matanya menetes di atas kain bendera yang tengah ia jahit.

Tangisan Fatmawati merupakan ungkapan keharuannya atas perjuangan panjang rakyat Indonesia dan para pemimpinnya dalam meraih kemerdekaan secara mandiri hingga tahap akhir.

“Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu,” tutur Fatmawati.

Fatmawati akhirnya menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih itu dalam waktu dua hari.

Bendera berukuran 2x3 meter tersebut lantas dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, yang tidak lain merupakan kediaman Soekarno dan Fatmawati.

Sang Saka Merah Putih dikibarkan oleh Abdul Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo, lalu SK Trimurti sebagai pembawa dan pemegang tali bendera.

Tak lama setelah Bendera Pusaka berkibar, Soekarno dengan lantang membacakan teks Proklamasi. Indonesia pun sampai pada cita-cita kemerdekaan bangsa.

https://nasional.kompas.com/read/2022/08/02/06450031/saat-air-mata-fatmawati-jatuh-berlinang-membasahi-sang-saka-merah-putih

Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

Nasional
Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Nasional
Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke