Laporan penambahan kasus Covid-19 pada Kamis (3/12/2020) menjadi sorotan banyak pihak lantaran tercatat 8.369 kasus baru selama kurun waktu 24 jam.
Penambahan kasus baru ini merupakan yang tertinggi selama sembilan bulan pandemi.
Selain jumlah total penambahan kasus baru, pemerintah juga menyampaikan rincian dari mana 8.369 kasus baru Covid-19 itu berasal.
Menurut data pemerintah yang bersumber dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) data itu berasal dari 34 provinsi.
Data yang sama juga mengungkap adanya tiga provinsi dengan penambahan kasus baru di atas 1.000.
Ketiganya adalah Papua (1.755 kasus baru), Jawa Barat (1.648 kasus baru), dan DKI Jakarta (1.153 kasus baru).
Pada Kamis, untuk pertama kalinya Papua menjadi provinsi dengan jumlah penambahan kasus Covid-19 yang tertinggi dari 34 provinsi.
Sebab dari laporan data harian pemerintah selama pandemi, posisi tersebut biasanya ditempati DKI Jakarta atau Jawa Timur.
Sistem pencatatan data belum optimal
Setelah pemerintah menyampaikan laporan data harian Covid-19 dalam bentuk rangkuman dan tabel, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adi Sasmito menjelaskan penyebab tingginya penambahan kasus harian Covid-19.
"Berdasarkan data Kemenkes, pada hari ini terdapat penambahan kasus yang signifikan yakni sebesar 8.369 kasus," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring pada Kamis sore.
Dia lantas menjelaskan bahwa angka 8.369 kasus baru itu disebabkan sistem pencatatan data yang belum optimal.
Sehingga, data penambahan kasus baru tidak seluruhnya bisa dicatat saat itu juga atau real time.
"Angka yang sangat tinggi ini salah satunya disebabkan sistem yang belum optimal untuk mengakomodasi pencatatan pelaporan dan validasi data dari provinsi secara realtime," lanjut Wiku.
Akumulasi data selama 15 hari
Dalam kesempatan yang sama, Wiku juga mengakui jika ada sejumlah provinsi yang sempat mengalami perbedaan data Covid-19 dengan pemerintah pusat. Sebagai contoh, Papua dan Jawa Barat.
Secara spesifik, Wiku menjelaskan bahwa sebanyak 1.755 kasus baru Covid-19 di Papua yang dilaporkan pada Kamis (3/12/2020) merupakan akumulasi dari dari jumlah kasus pada hari-hari sebelumnya.
"Akumulasi dari jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 sejak 19 November 2020 hingga hari ini," ujar Wiku.
Atau dengan kata lain, merupakan akumulasi kasus konfirmasi positif selama 15 hari.
Oleh karena itu, Satgas meminta pemda yang masih memiliki perbedaan data dengan pemerintah pusat segera melakukan konsolidasi data dengan pemerintah pusat.
"Kami imbau untuk melakukan konsolidasi data secara langsung dengan pusat dan pemda sesegera mungkin," tambah Wiku.
Papua salahkan sistem pusat
Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua Silwanus Sumule pun mengakui bahwa data yang disampaikan Satgas pusat merupakan akumulasi pelaporan dua pekan.
Namun, itu bukan kesalahan pada mereka melainkan sistem pemerintah yang tidak mendukung.
Manurut Silwanus, Kemenkes menerapkan sistem baru yaitu komputerisasi dalam proses pencatatan kasus terkonfirmasi Covid-19.
Namun, pada pelaksanaannya tidak berjalan lancar sehingga tiap provinsi kembali diminta memasukkan data secara manual.
"Jadi awalnya Satgas di Kemenkes menciptakan sistem, all record namanya, dengan maksud kita tidak lagi melakukan secara manual. Dalam perjalanannya, kondisi itu belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga data-data tersebut tidak bisa ditarik. Kemudian mereka meminta kepada kita untuk segera melaporkan secara manual," ujar Silwanus saat dihubungi, Kamis.
Tak bisa ditoleransi
Pencapaian rekor baru menjadi penyesalan sendiri bagi Wiku.
"Sebelumnya kita belum pernah mencapai angka diatas 5.000 untuk angka positif harian. Sayangnya penambahan kasus positif harian terus meningkat, bahkan per hari ini menembus lebih dari 8.000 kasus," kata Wiku, Kamis.
"Ini adalah angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir," tuturnya.
Menurut Wiku, terus meningkatnya penambahan kasus Covid-19 menandakan bahwa masyarakat kian mengabaikan protokol kesehatan. Kelalaian ini pun berdampak sangat fatal.
Oleh karenanya, Wiku meminta masyarakat untuk kembali menerapkan disiplin protokol kesehatan. Ia mewanti-wanti agar jangan sampai penambahan kasus harian Covid-19 semakin tak terkendali.
"Jangan menunggu kasus harian semakin tidak terkendali untuk dapat disiplin terhadap diri sendiri. Target ini tidak akan menjadi sulit jika semua orang sadar betul bahwa kita tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja," ujarnya.
Wiku yakin, baik Satgas maupun masyarakat tidak ingin terus menerus berada dalam situasi sulit akibat pandemi. Oleh karenanya, ia meminta seluruh pihak untuk bekerja sama.
Menurut Wiku, tidak sulit untuk menerapkan protokol kesehatan yakni dengan mencuci tangan secara teratur, memakai masker dengan benar, dan menjaga jarak (3M). Langkah kecil ini, kata dia, akan sangat berdampak bagi kehidupan banyak umat.
"Tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat harus mau bekerja sama dan bergotong-royong demi meningkatkan penanganan Covid-19 di Indonesia," katanya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/04/06265181/di-balik-rekor-8369-kasus-harian-covid-19-dan-tingginya-penambahan-di-papua