Happy hypoxia tidak dialami oleh pasien Covid-19 yang merupakan orang tanpa gejala (OTG).
"Jadi happy hypoxia tidak terjadi pada OTG dan untuk menghindarinya jangan sakit Covid-19 yang perlu dijaga adalah jangan sampai sakit Covid-19," kata Erlina dalam talkshow di BNPB, Rabu (16/9/2020).
Caranya pun sederhana, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan. Ia mengimbau masyarakat memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
Ia pun mencontohkan, apabila ada dua orang bersama dan salah satunya sakit, risiko tertular bisa 100 persen apabila tidak mengenakan masker.
Namun, apabila yang sehat memakai masker, kata dia, maka penularan pun hanya terjadi 70 persen.
Sementara itu, apabila yang sakit yang mengenakannya, risiko penularan menjadi 5 persen.
"Tapi kalau yang sehat dan yang sakit pakai masker, risiko penularan tinggal 2 persen. Kalau jaga jarak tinggal nol persen. Untuk mempertahankan itu, tambahkan dengan cuci tangan sehingga agar terhindar tidak sakit Covid-19, jalankan 3M," ucap Erlina.
Ia juga mengatakan, happy hypoxia merupakan kondisi kurangnya oksigen dalam darah seseorang.
Semestinya, kata dia, apabila kurang oksigen dalam darah, orang akan mengalami sesak napas atau gejala lainnya.
"Namun, ini tidak terjadi pada beberapa pasien Covid-19 karena diketahui pada kondisi itu terjadi kerusakan saraf yang menghantarkan sensor sesak ke otak sehingga otak tidak bisa mengenali ada kejadian kurang oksigen di darah," kata dia.
Pada kondisi normal, apabila terjadi kekurangan oksigen, akan ada sinyal yang dikirim ke otak bahwa tubuh sedang kekurangan oksigen.
Kemudian, otak biasanya memberi perintah ke dalam tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya sehingga mengalami sesak.
"Tapi di pasien Covid-19 terjadi kerusakan pengiriman sinyal ke otak," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/16/15434521/dokter-happy-hypoxia-tak-terjadi-pada-otg-covid-19