Suharso menggantikan Romahurmuziy yang diberhentikan sebagai Ketum PPP karena tersangkut kasus korupsi.
Suharso menangis lantaran ia teringat dengan Romahurmuziy. Ia sama sekali tidak pernah bermimpi menjadi pemimpin partai.
"Untuk berdiri di sini menerima mandat ini yang sungguh berat buat saya. Bagi saya, saudara Romy itu dia anak saya ya, adik saya," ungkap Suharso sambil terisak saat berpidato.
Ia sama sekali tak pernah mengira Romy terjerat kasus korupsi. Ia memandang, Romy merupakan sosok dengan kepemimpinan yang baik.
"Semuanya ada pada beliau, kapasitas ada, kapabilitas ada, bibit, bebet, bobotnya ada toh juga terjungkal," ujarnya.
Suharso memandang apa yang terjadi ke Romy sebagai musibah. Di sisi lain, ia mengajak seluruh jajaran partai untuk introspeksi diri atas kemungkinan kesalahan yang pernah dilakukan.
"Maka saya mengajak kita semua untuk kita berintrospeksi melihat apa yang sebenarnya yang salah pada kita," ungkapnya.
Kemudian ia mengingatkan logo partai yang berupa Ka'bah. Suharso menjelaskan, keputusan para pendiri partai menggunakan logo tersebut tak mudah.
Logo tersebut juga dinilainya memiliki makna mendalam bagi partai.
Di sisi lain, ia menyinggung para tokoh-tokoh PPP dahulu yang sukses membawa kejayaan partai.
"Bahkan di awal Reformasi adalah Pak Hamzah Haz yang menurut saya ketika orang menyepelekan Partai Persatuan Pembangunan, di tangan beliau, kita masih mencapai juara ketiga di Pemilu," ungkapnya.
Oleh karena itu, Suharso berharap jajaran partai untuk bangkit dan solid. Sebab, PPP juga akan menghadapi Pemilu 2019. Ia optimistis, jajaran partai mampu bekerja keras.
"Saya yakin sebenarnya kita karena partai besar kita punya pegalaman kita punya sejarah panjang, punya bukti, punya footprint yang tidak terbantahkan. Saya yakin dengan kader yang luar biasa, saya kira harus bangkit," pungkasnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/20/23584731/jadi-plt-ketum-ppp-suharso-monoarfa-menangis-teringat-romahurmuziy