Sejumlah pesawat yang baru diperbaiki teknisi dihancurkan oleh Belanda. Bahkan, beberapa pangkalan udara dapat dikuasainya.
Militer Belanda tidak saja melanggar perjanjian yang telah ditandatangani bersama secara sepihak. Mereka menyerang wilayah-wilayah RI, termasuk pangkalan udara yang dikuasai TNI AU.
Kobaran semangat dan tekad untuk melakukan serangan balik terus berkecamuk di kepala para pemimpin Angkatan Udara. Namun, semangat saja tidak cukup.
Kekuatan Belanda tidak mungkin dilawan secara frontal. Dibutuhkan taktik, koordinasi dan kerja sama di antara para pejuang.
Bagi TNI AU, hal ini juga menyangkut kesiapan pesawat berikut dengan penerbangnya.
Cerita panjang tentang kegigihan TNI AU ini terangkum dalam buku Peristiwa Heroik 29 Juli 1947 (2009), yang diterbitkan oleh Sub Dinas Sejarah Dinas Penerangan TNI AU.
Dilema penerbang muda dan pesan terakhir Adisutjipto
Beberapa hari setelah agresi militer I dimulai, Komodor Muda Udara A Adisutjipto pernah mencetuskan masalah kemungkinan operasi udara terhadap Belanda dengan segala hambatan yang dihadapi.
Pada saat itu, Adisutjipto memberikan penjelasan yang sangat serius. Menurut dia, keadaan sudah cukup gawat, sementara armada yang dimiliki tidak cukup memadai.
Saat itu, tenaga penerbang yang tersedia baru memiliki kualifikasi mampu menerbangkan pesawat buatan Jepang. Pertimbangan untuk menggunakan tenaga penerbang senior dikesampingkan, mengingat mereka disiapkan untuk menjadi pimpinan TNI AU dan penerus perintis penerbangan.
Pimpinan TNI AU tak punya pilihan selain mengandalkan penerbang muda berpangkat Kadet untuk melaksanakan tugas mulia operasi udara. Namun, Adisutjipto rupanya merasa sayang apabila penerbang muda harus menghadapi konsekuensi gugur di medan perang.
Menurut dia, lebih baik para penerbang muda tersebut diungsikan ke luar negeri dan meningkatkan kemahiran.
Di hadapan para penerbang muda, Adisutjipto menyatakan bahwa dia sendiri yang akan menerbangkan pesawat Dakota dan melepaskan bom di daerah sasaran.
Kata-kata tersebut diucapkan beberapa saat sebelum ia mempertaruhkan nyawanya dengan menerobos blokade Belanda di antara kegelapan malam.
Pesan terakhir yang dikatakan Adisutjipto saat itu sangat membuat terkesan para penerbang muda.
Saat penerbang muda membantah KSAU
Beberapa hari sebelum dilakukan pemboman udara, beberapa penerbang muda berpangkat Kadet berkumpul.
Mereka membicarakan rencana untuk mengadakan serangan balasan ke daerah yang telah diduduki Belanda. Beberapa di antaranya adalah Saptoadji, Suharnoko Harbani, Sutardjo Sigit dan Mulyono.
Hasil pembicaraan mereka kemudian disampaikan kepada Komodor Muda Udara Halim Perdana Kusuma. Halim memang cukup dekat dengan para Kadet, karena dia seorang bujangan.
Halim tinggal di Hotel Tugu yang dijadikan Mes oleh TNI AU bersama anak-anak muda tersebut. Namun, saat itu Halim yang merupakan Wakil Kepala Staf TNI AU urusan operasi mengatakan bahwa dia tidak berwenang untuk memutuskan serangan balas kepada Belanda.
Para pemuda itu kemudian sepakat menugaskan Suharnoko untuk membicarakan masalah itu kepada Kepala Staf TNI AU Komodor Udara Suryadi Suryadharma.
Mendengar usulan anak buahnya, Suryadharma mengatakan, “Itu lihat di pundakmu, strip nya saja masih belum sampai ujung”.
Namun, Suharnoko yang saat itu berusia 22 tahun memberanikan diri membantah. Dia beralasan bahwa para prajurit yang berjuang di front juga masih muda dan dengan senjata seadanya.
Tak hanya itu, mereka beralasan bahwa para Kadet sudah mampu terbang dan TNI AU memiliki bom dan beberapa pesawat peninggalan Jepang.
Meski Suryadharma tak setuju, para pemuda dengan gigih dan bertahan tetap memperjuangkan keinginan mereka melakukan serangan. Bahkan, mereka siap menanggung risiko sendiri, asal diizinkan menggunakan pesawat dan bom.
Melihat semangat para pemuda, Suryadharma memandang Harmoko dengan tatapan tajam dan akhirnya berkata, “Saya tidak memerintahkan, tapi juga tidak melarang”.
Bersambung "Semangat Penerbang Muda dalam Serangan Balasan TNI AU ke Belanda (Bagian II)"
***
Dalam rangka HUT ke-72 TNI AU ini pula, Kompas.com akan menanyangkan sejumlah berita-berita angkatan udara Indonesia sejak dahulu hingga saat ini, termasuk kisah-kisah heroik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Simak selengkapnya di Kompas.com sepanjang hari ini.
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/09/09145451/semangat-penerbang-muda-dalam-serangan-balasan-tni-au-ke-belanda-bagian-i