Salin Artikel

Jokowi-AHY Ideal Buat Demokrat

Belakangan, 4 Maret 2018, Partai Bulan Bintang resmi dinyatakan lolos verifikasi sebagai peserta Pemilu 2019, setelah setelah sebelumnya bersama PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia) tidak lolos.

Keduanya menggugat KPU dan setelah verifikasi ulang, PBB yang lolos sebagai peserta Pemilu 2019.

Ada empat partai baru, yaitu Partai Solidaritas Indonesia, Partai Berkarya, Partai Garuda dan Partai Perindo.

Jika dicermati lebih jauh, tiga dari empat partai politik ini adalah nama-nama dan wajah lama di kancah politik Indonesia.

Dua partai "DNA"-nya berasal dari masa Orde Baru, satu partai dengan kekuatan media (wajah lama juga).

Hanya PSI yang terlihat berwajah baru seperti pengurus partai, dari pusat sampai daerah seluruhnya wajah baru dan masih berusia belia.

Pada 23 Februari 2018 yang baru lewat, PDI-P dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Bali, mendeklarasikan pencalonan (kembali) Jokowi sebagai Capres 2019-2024 (masa jabatan kedua).

PDI-P cukup "telat" mendeklarasikan dukungan terhadap pencalonan (kembali) Jokowi dibandingkan Golkar pada tanggal 28 Juli 2016, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada tanggal 11 April 2017, PPP pada tanggal 21 Juli 2017, Perindo pada Agustus 2017, Hanura pada tanggal 4 Agustus 2017, dan NasDem pada tanggal 15 November 2017.

Poros ketiga

Santer beredar analisis dan spekulasi akan munculnya poros ketiga, yaitu alternatif selain Jokowi dan (kemungkinan) Prabowo sebagai dua capres yang banyak kalangan memprediksi akan ‘re-match’ di Pilpres 2019.

Poros Ketiga ini mengingatkan Poros Tengah di tahun 1999 yang digagas Amien Rais. Poros Tengah dimunculkan untuk (mencoba) menenggelamkan dominasi partai pemenang Pemilu 1999 yaitu PDI-P  yang ‘otomatis’ mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres.

KH Abudrrahman Wahid Gus Dur kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4. Sejarah mencatat dan membuktikan manuver Amien Rais justru menimbulkan riak gelombang pembaruan yang lebih besar digelorakan oleh Gus Dur.

Poros Tengah gerah dan ‘menyeret’ turun Gus Dur, sehingga Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik Indonesia ke-5.

Di masa Megawati, konstitusi pemilihan presiden langsung digodok dan disahkan, menghasilkan pemilihan presiden langsung untuk pertama kalinya di Indonesia.

Ketokohan nama-nama yang beredar belum memiliki elektabilitas yang cukup.

Partai-partai yang belum mendeklarasikan capresnya, PAN (Partai Amanat Nasional), PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), Garuda, Berkarya dan Partai Demokrat.

Langkah Demokrat

Dalam Rapimnas Partai Demokrat 2018, di Sentul International Convention Center (SICC) tanggal 10 Maret 2018, SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada 2018 dan Pilpres 2019, menunjukkan sinyal kuat dukungan kepada Jokowi dan merapatkan barisan ke koalisi partai lainnya.

Tanda-tanda tersebut cukup kuat saat Jokowi dan SBY saling memuji dalam acara itu.

Demokrat tentu berhitung cermat setelah ‘testing the water’ dalam Pilgub DKI 2017, AHY-Silvi tersisih dalam putaran pertama.

Jika dalam Pilpres 2019 Demokrat hendak mengajukan AHY sebagai capres, mungkin belum tepat waktunya mengingat usia dan ‘jam terbang’ AHY bisa dibilang masih kurang dan juga cawapres’nya siapa?

Jika memaksakan diri AHY berpasangan dengan entah siapa, yang ada bisa-bisa pasangan ini akan hanya menjadi pelengkap dan penggembira dalam Pilpres 2019.

Hitungan Demokrat jika merapat ke Gerindra, kemungkinan besar dan komposisi paling mungkin adalah capres Prabowo dan cawapres AHY (tidak akan mungkin sebaliknya!); dimana pasangan ini adalah militer dan militer, dan juga terlihat sejak awal, antara Demokrat dan Gerindra belum pernah nampak dan terasa ‘chemistry’ yang pas dan ‘klik’; walaupun dalam beberapa kesempatan dua jenderal (SBY dan Prabowo) nampak (sepertinya) mesra menyantap nasi goreng bersama.

Hitungan strategi Demokrat paling logis adalah merapat mendukung Jokowi dan bila memungkinkan serta ‘klik’, AHY akan maju sebagai cawapres.

Jika ini benar terjadi pasangan capres-cawapres Jokowi-AHY, akan menjadi kombinasi yang luar biasa.

Biar bagaimana dengan pengalaman bercapres dua kali dan menang dua kali, menjabat 2004-2014, pengalaman dan amunisi SBY bukan sembarangan.

Jika menang 2019-2024, Jokowi adalah masa jabatan kedua dan sudah tidak bisa menjabat lagi sesuai konstitusi.

Peluang AHY menjadi capres 2024 akan terbuka lebar. Dengan (seandainya) menjadi Wapres 2019-2024, pengalaman dan amunisinya lebih dari cukup untuk melaju capres 2024-2029.

Sementara Gerindra jelas ketar-ketir dengan situasi seperti ini. Sekiranya Prabowo kembali capres, siapakah cawapresnya? Anies Baswedan kah? Atau siapakah? Yang memang paling memungkinkan pasangan Prabowo adalah Anies Baswedan.

Jika Jokowi berpasangan dengan AHY, hitung-hitungannya Prabowo dan pasangan cawapresnya (entah siapa nanti) akan sangat berat. Untuk Prabowo, maju atau tidak di Pilpres 2019, dua-duanya adalah pilihan sulit.

Akankah ‘re-match’ Jokowi-Prabowo terjadi di Pilpres 2019? Akankah Demokrat ‘rujuk’ dengan PDIP? Akankah muncul poros ketiga atau poros tengah jaman now? Akankah Orde Baru bangkit lagi? Mari kita tunggu dan saksikan bersama…

Only time will tell… God bless Indonesia…

https://nasional.kompas.com/read/2018/03/14/12483731/jokowi-ahy-ideal-buat-demokrat

Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Nasional
Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke