Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Sosial Kini Bagai Pedang Bermata Dua bagi Jokowi

Kompas.com - 31/12/2016, 06:04 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Internet dan media sosial kini bagai pedang bermata dua, tak terkecuali bagi Presiden Joko Widoso.

Di satu sisi, internet dan media sosial ikut berperan membawa keberhasilan bagi Jokowi dari Wali Kota Solo menjadi Gubernur DKI Jakarta dan akhirnya sukses menjadi presiden.

Namun kini setelah lebih dari dua tahun menjadi orang nomor satu di negeri ini, Presiden Jokowi mulai merasakan "ketidakharmonisan" dengan dunia maya ini.

Sejumlah pihak, melalui internet dan media sosial, dianggap tengah berupaya mendelegitimasi Pemerintahan Jokowi.

Untuk pertama kali, dalam masa pemerintahannya, Presiden Jokowi menggelar rapat terbatas mengenai antisipasi perkembangan media sosial, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (29/12/2016).

Baca juga: Selain Media Sosial, Pemerintah Juga Pantau Aplikasi "Chatting"

Dalam rapat tersebut, Jokowi mengaku prihatin dengan media sosial yang akhir-akhir ini menyebarkan informasi meresahkan, mengadu domba, dan memecah belah bangsa. Muncul ujaran kebencian, kasar, pernyataan mengandung fitnah dan provokatif.

Jokowi menginstruksikan kepada Kepala Polri Jenderal (pol) Tito Karnavian, Wakapolri Komjen Syafruddin dan Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono yang hadir dalam ratas itu untuk tidak ragu melakukan penegakan hukum.

"Saya minta penegakan hukum harus tegas, keras untuk hal ini," kata Jokowi.

Jokowi juga meminta ada evaluasi terhadap media online yang sengaja memproduksi berita bohong, tanpa sumber yang jelas, dengan judul provokatif dan mengandung fitnah.

Untuk urusan ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah bekerja sama dengan Dewan Pers untuk menentukan mana media online yang memenuhi standar jurnalistik sesuai Undang-undang Pers.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengakui, ratas khusus membahas mengenai media sosial ini digelar karena pemerintah memandangnya sebagai hal yang serius.

Menurut Teten, saat ini ada pihak-pihak yang melakukan upaya delegitimasi terhadap pemerintahanan Jokowi.

"Pemerintah bukan anti kritik. Kritik bagi kita justru untuk melecut kinerja pemerintahan. Dan, saya kira beda antara kritik dengan menghasut, mendeligitimasi, kan beda," kata dia.

Teten mengatakan, berdasarkan hasil ratas, maka pemerintah kini akan bersikap lebih tegas tidak hanya kepada pengguna, namun juga penyedia platform media sosial.

Platform media sosial seperti Facebook, Twitter dan sebagainya, harus bisa menyaring berita dan informasi yang dianggap provokatif dan fitnah.

Baca juga: RUU Pemilu Akan Atur soal Sanksi Kampanye Hitam di Media Sosial

Jika tidak, maka pemerintah akan memberikan sanksi berupa denda. Teknis mengenai hal ini akan dibahas di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.

Presiden Jokowi juga, lanjut Teten, sudah menginstruksikan semua kementerian untuk tanggap dalam menangkal setiap isu miring yang muncul. Begitu ada isu hoax yang menyerang salah satu sektor, maka kementerian di sektor itu harus segera memberikan klarifikasi kepada publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Nasional
Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Nasional
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Nasional
Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Nasional
Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Nasional
Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Nasional
Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Nasional
Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Nasional
Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Nasional
Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Nasional
Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com