JAKARTA, KOMPAS.com – Banjir bandang yang melanda Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah surut.
Namun, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengimbau masyarakat tetap waspada dalam menghadapi musibah yang akan terjadi di kemudian hari.
Menurut Wapres, musibah banjir yang terjadi di Bima disebabkan cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Musibah seperti itu dinilai sulit dihindari sebab terjadi secara alami.
“Di Amerika Serikat pun terjadi seperti itu. Topan-topan seperti itu menimbulkan banjir. Jadi kita, masyarakat bersiap saja menghadapi musibah-musibah yang tidak bisa kita halangi yang terjadi secara natural,” kata Kalla di Kantor Wapres, Jumat (23/12/2016).
(Baca: "Ini Banjir Terparah di Kota Bima")
Wapres memastikan, pemerintah akan membantu proses pemulihan apabila musibah yang terjadi besar.
Saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah juga telah bekerja untuk memulihkan kondisi.
“Kalau besar korbannya, tentu BNPB pusat dan lembaga pusat juga turun."
Berdasarkan data sementara, sebanyak 21 rumah warga di wilayah Rabadompu, Kecamatan Rasanae Timur, hanyut terseret arus deras.
(Baca: Darurat Bencana di Bima, Hujan dan Daratan seperti Topi Terbalik)
Sementara 42 rumah lainya rusak berat. Banjir yang terjadi pada Rabu (21/12/2016) lalu, itu merupakan musibah banjir terparah yang pernah dialami Bima.
Kedalaman banjir berada pada kisaran antara satu hingga tiga meter. Ada lima kecamatan di Kota Bima yang terkena dampak banjir tersebut, yang terparah yaitu Kecamatan Rasanae Timur, Asakota, Rasanae Barat, dan Mpunda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.