JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Benny Mamoto menganggap Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar terlambat menyampaikan informasi yang ia dapatkan dari Freddy Budiman.
Jika saja Haris menyampaikan sejak dua tahun lalu, kata Benny, maka kegaduhan seperti saat ini tidak terjadi.
"Seandainya dalam rentang dua tahun, kalau mau ungkap, maka bisa dilakukan upaya kroscek untuk lebih lengkap dulu," ujar Benny dalam diskusi "Polemik" Radio Sindo Trijaya di Jakarta, Sabtu (6/8/2016).
Diketahui, dalam pesan berantai itu, Haris mendengar cerita Freddy saat mengunjungi selnya pada 2014.
Paling tidak, kata Benny, jika informasi beredar seminggu sebelum eksekusi mati terhadap Freddy dilakukan, maka akan lebih mudah dilakukan konfirmasi.
Baik kepolisian, TNI, dan Badan Narkotika Nasional yang disebutkan dalam percakapan itu bisa memeriksa Freddy lebih jauh soal oknum-oknum yang dia maksud.
"Kami bisa cek buktinya kalau transfer ke siapa, mungkin sudah terungkap jaringan oknum. Mungkin juga Freddy masih hidup," kata Benny.
"Duh sayang sekali, momentumnya lewat karena Freddy sudah mati," lanjut dia.
Jika informasi itu diketahui sebelum Freddy dieksekusi, maka lebih mudah bagi TNI, BNN, dan Polri untuk menelusuri oknum yang terlibat dalam peredaran narkotika sebagaimana disebutkan Freddy.
Tidak seperti saat ini, pernyataan Haris tidak didukung bukti apa pun. Benny menyayangkan langkah Haris yang terburu-buru menyebarkan pesan berantai tanpa terlebih dahulu mengkonfirmasi kebenarannya.
"Info ini sangat penting tapi sekaligus sangat sensitif. Penting kalau bisa dibuktikan, akan sangat besar kontribusinya untuk membersihkan ke dalam," kata Benny.