JAKARTA, KOMPAS.com - Meski tengah berusaha keluar dari konflik internal partai, namun Pengamat Politik Indobarometer M Qodari menilai Partai Golkar masih memiliki potensi elektoral yang besar di mata pemilih.
Bahkan dari beberapa survei yang dilakukan oleh lembaganya di sejumlah daerah, masih sering ditemukan bahwa Partai Golkar menjadi partai yang paling banyak dipilih.
"Jadi sekarang pertanyaannya bukan Golkar akan punah apa tidak, tapi apakah Golkar bisa kembali berjaya atau justru semakin mengecil," kata Qodari dalam sebuah acara diskusi di Jenggala Center, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Qodari menilai, masalah Partai Golkar bukan pada basis elektoral. Namun, masalah itu ada pada casing atau kemasan partai.
Setidaknya, ada tiga macam casing partai menurut Qodari. Pertama, partai yang memilki casing bagus namun isinya kosong.
"Misalnya sering muncul iklannya di media atau kantornya besar, tapi elektabilitasnya kecil," kata dia.
Kedua, yaitu partai yang sebetulnya memiliki basis suara besar, namun tidak ada casing atau casing-nya bermasalah.
"Contohnya Partai Golkar. Jadi, basis sosial besar tapi casing-nya antara ada dan tiada, bahkan terancam tidak ada," tutur Qodari.
Sebab, jika urusan casing dan permasalahan Partai Golkar tak bisa selesai pada September atau Oktober 2016, maka partai berlambang beringin tersebut terancam tak bisa berpartisipasi dalam Pilkada Serentak 2017.
Qodari menyayangkan jika hal tersebut terjadi. Sebab, akan banyak kader potensial yang ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah namun terhambat dengan problem partai.
"Lebih ironis, kalau calon tersebut adalah incumbent. Tapi dia bingung mau lewat partai mana," kata Qodari.
Sedangkan tipe ketiga, lanjut dia, adalah partai yang memiliki basis suara besar dan juga memiliki casing yang bagus.
Menurut Qodari, Golkar yang sudah memiliki potensi baik dalam hal basis suara harus mampu memperbaiki casing.
"Casing bagus, isi mantap. Dan hari-hari ini problem besar Partai Golkar adalah menjahit casing itu," tuturnya.