Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Nawacita Politik

Kompas.com - 20/10/2015, 19:00 WIB

Oleh: Azyumardi Azra

JAKARTA, KOMPAS - Setahun Nawacita. Hasil apa saja yang dicapai pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla selama satu tahun ini, khususnya dalam bidang politik?

Tolok ukur yang berdasar adalah Nawacita, khususnya menyangkut politik yang menjadi kerangka dasar pemerintahan Jokowi-Kalla. Dari Sembilan Gatra Nawacita, setidaknya ada lima yang terkait langsung dengan politik. Pencapaian tiap-tiap gatra itu terlihat masih jauh dari harapan.

Gatra pertama Nawacita terkait politik adalah menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman bagi semua warga negara melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang tepercaya, dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

Tanpa perlu melakukan penelitian, banyak warga merasakan negara belum hadir sepenuhnya untuk melindungi dan memberikan rasa aman. Kasus semacam Tolikara dan Singkil memperlihatkan, negara terlambat mengantisipasi terjadinya gangguan terhadap rasa aman para warga yang khususnya berbeda agama dan aliran.

Politik luar negeri Indonesia tampaknya paling adem ayem, dan karena itu mendapat banyak sorotan di tingkat internasional. Banyak kalangan menilai pemerintah Jokowi terlalu melihat ke dalam; cenderung mengabaikan peran Indonesia yang justru diharapkan banyak kalangan internasional. Indonesia menurut mereka harus memainkan peran lebih besar sesuai kebesarannya.

Gatra kedua Nawacita terkait politik menyatakan ingin membuat negara tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan tepercaya dengan memberikan prioritas pada pemulihan kepercayaan publik pada institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

Gatra Nawacita itu terkait dengan gatra Nawacita lain yang menyatakan menolak negara (menjadi) lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas dari korupsi bermartabat dan tepercaya.

Dalam konteks kedua gatra Nawacita ini terlihat pencapaian campur aduk pemerintahan Jokowi-Kalla. Pada satu segi, pemerintahan mulai berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya melalui pergeseran perimbangan kekuatan koalisi antarpartai dan antarfraksi di DPR. Ini misalnya dengan mendekatnya Partai Amanat Nasional yang semula bergabung dengan Koalisi Merah Putih ke Koalisi Indonesia Hebat.

Namun, di pihak lain, ada indikasi masalah di dalam Koalisi Indonesia Hebat, khususnya PDI-P yang sering tidak sejalan dengan Presiden Jokowi.

Konsolidasi demokrasi juga belum terlihat di lembaga perwakilan. Banyak anggota DPR masih menampilkan kinerja mengecewakan; mereka lebih sibuk dengan usaha peningkatan tunjangan dan insentif daripada legislasi. Karena itu sulit diharapkan mereka dapat lebih berkontribusi untuk penguatan tata kelola negara-bangsa Indonesia lebih baik.

Pada segi lain, banyak warga merasa kecewa dan boleh jadi kian kehilangan harapan pada Presiden ketika sampai pada upaya penciptaan tata kelola pemerintah bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Presiden Jokowi sejauh ini cenderung belum sepenuhnya berpihak pada pemberantasan KKN sampai ke akar-akarnya.

Sikap Presiden itu terlihat ketika beberapa komisioner dan pegawai KPK dikriminalisasikan. Selanjutnya, ketika sejumlah anggota DPR mengusulkan revisi UU KPK, yang ironisnya diprakarsai kalangan PDI-P, Presiden hanya berhasil ”menegosiasi” penundaan pembahasan dan tidak menghentikannya sama sekali.

Setelah setahun pemerintahan Jokowi-Kalla, banyak warga merasakan lembaga penegak hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan, masih belum bersih dari KKN dan pelanggaran hukum lain.

Gatra politik Nawacita lain menyatakan maksud pemerintah Jokowi-Kalla memperteguh kebinekaan memperkuat restorasi Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com