Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revisi UU KPK Dinilai Berkaitan dengan Konflik Polri dan KPK

Kompas.com - 11/10/2015, 15:19 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Anggota Tim Sembilan, Bambang Widodo Umar, menduga  rencana revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi berkaitan dengan konflik antara Polri dan KPK.

Menurut Bambang, ada upaya untuk membatasi ruang gerak KPK dalam menangani kasus korupsi. "Seperti ada kecenderungan konteks pemerintahan saat ini ingin agar masalah (penanganan) korupsi direm (dibatasi)," ujar Bambang, dalam konferensi pers bersama di Sekretariat ICW, Jakarta Selatan, Minggu (11/10/2015).

Bambang mengatakan, pemerintahan saat ini seperti menganggap bahwa KPK terlalu dalam saat membongkar kasus-kasus korupsi yang melibatkan kalangan pejabat tinggi. Salah satunya, Pimpinan KPK dianggap terlalu cepat dalam mengumumkan penetapan calon Kepala Polri Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka.

Bambang secara tegas meminta agar pemerintah mendengarkan suara masyarakat yang diwakili oleh komunitas masyarakat sipil. Menurut dia, pemerintah perlu mencegah revisi Undang-Undnag KPK yang ingin mengembalikan tradisi korupsi di Indonesia.

Pembatasan wewenang yang diatur dalam draf revisi Undang-Undang KPK dinilai bukan saja menghambat upaya pemberantasan korupsi, tetapi juga akan memberikan keraguan masyarakat terhadap keseriusan pemerintah untuk membangun bangsa.

"Saya berharap, pemerintah jangan sampai mengarah pada otoriter dalam rangka menerapkan kebijakan itu. Kita negara demokrasi, maka harus dibangun dengan suara civil society. Dengarkanlah kami, bahwa masalah korupsi sudah mengakar di negeri ini," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com