Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK Akui Penangkapan Kapal Asing Hanya Solusi Jangka Pendek

Kompas.com - 07/09/2015, 12:57 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui upaya penangkapan kapal asing pencuri ikan hanya solusi jangka pendek. Tanpa meningkatkan kemampuan pengelolaan ikan, ketahanan nasional dalam bidang bahari sulit terwujud.

"Bicara soal ketahanan nasional dalam bahari, bukan beli kapal perang tetapi bagaimana wawasan nusantara kita, bagaimana keadilan ekonomi di Indonesia jalan dengan sifat bahari, dengan kekuatan bahari. Solusi untuk menangkap kapal asing (berikan) syok terapi, iya, tetapi jangka panjang, tanpa perbaikan kemampuan pengolaan, tidak (mungkin)" kata Kalla, saat memberikan pengarahan kepada peserta program pendidikan singkat angkatan dan program pendidikan reguler angkatan Lembaga Ketahanan Nasional, di Istana Wakil Presiden Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurut Kalla, masalah perikanan dalam negeri bisa diselesaikan melalui dua cara, yakni meningkatkan kapasitas listrik serta membangun banyak pelabuhan. Listrik diperlukan untuk menunjang pengadaan fasilitas pendingin ikan. Ada pun kekurangan fasilitas pendingin mengakibatkan sulitnya mengambil ikan dalam jumlah besar.

"Kekurangan listrik, tidak ada cold storage, maka tidak bisa kita produksi besar-besaran," kata Kalla.

Sementara itu, menurut Kalla, negara lain bisa menangkap ikan di Indonesia dalam jumlah besar karena mereka memiliki kapal induk dengan fasilitas pendingin ikan yang cukup.

"Karena mereka pasang kapal-kapal induk di luar Inddonesia, nangkap ikan, bawa ke luar, jadi apa yang harus dibuat setelah ini, karena Susi sudah menangkap begitu banyak kapal-kapal, sekarang tinggal bangun-bangun pelabuhan yang banyak dengan listrik yang kuat," sambung Kalla.

Oleh karena itu, Kalla menilai perlunya pembangunan pelabuhan dengan kapasitas listrik yang besar. Sebab, tanpa fasilitas pendingin, kualitas ikan yang ditangkap akan berkurang sehingga harganya pun jatuh di pasaran.

Wapres juga menekankan perlunya pendidikan teknologi terkait bahari demi mewujudkan ketahanan bahari. Budaya bahari harus disertai dengan kemampuan teknologi. Menurut Wapres, teknologi bahari saat ini berkembang luar biasa. Dengan teknologi, ongkos produksi barang pun bisa berkurang. Salah satu contoh perkembangan teknologi yang disampaikan Kalla adalah kontainer dan mobil crane.

"Kenapa kontainer menyebabkan perdagangan naik, karena kontainer memotong biaya 50 persen. Dulu kenapa pelabuhan langsung sepi setelah kontainer? Karena tidak ada lagi kuli-kuli pelabuhan, yang ada crane-crane, yang sedikit dipertanyakan di Pelindo itu," tutur Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com