Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surya Paloh Dukung Jokowi Larang Menteri Rangkap Jabatan

Kompas.com - 25/09/2014, 18:21 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengaku setuju dengan sikap presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang mewajibkan menteri asal parpol melepas jabatan strukturalnya di parpol. Paloh menilai hal tersebut sebagai terobosan baru karena selama 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhyono, sebagian menteri, bahkan presiden memiliki jabatan di parpol.

"Kita jangan lagi mengulang, ada yang sudah jadi presiden, masih merangkap jadi ketua umum partai (SBY Ketum dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat), saya pikir tidak etis," kata Paloh di kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta Pusat, Kamis (25/9/2014).

Paloh menilai, ketika seseorang sudah menduduki jabatan publik, maka dia bertanggung jawab langsung kepada rakyat. Dia tidak memiliki urusan lagi dengan parpolnya.

"Presiden itu presiden semua rakyat, bukan presiden semua partai-partai. Bayangkan kalau sudah jadi presiden, kepala negara, simbol negara, jadi ketua umum partai juga, menurut saya sayang," sindirnya.

Surya menilai langkah Jokowi yang tidak menginginkan adanya rangkap jabatan dalam kabinetnya sebagai langkah awal mewujudkan revolusi mental. (Baca: Jokowi Tegaskan Menterinya Tak Boleh Rangkap Jabatan)

"Itu sebuah policy dan kebijakan yang menurut Nasdem itu hal yang baru, ada proses pendidikan politik dalam membangun semangat baru, apa yang disebutkan dengan revolusi mental dan itu dimulai dengan keteladanan pemimpin," ucap dia.

Jokowi mengaku belum membicarakan soal larangan rangkap jabatan dengan para ketum parpol pendukung. Jokowi ingin masalah itu dibicarakan di suatu forum yang dihadiri semua pemimpin parpol.

Meski demikian, sebagian elite parpol pendukung tidak mempermasalahkan adanya rangkap jabatan. Mereka beralasan, meski rangkap jabatan, tidak akan mengganggu tugas utama menteri, yakni membantu presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com