Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marzuki Alie: Raja Arab Biarkan Rakyatnya Memeras Satinah

Kompas.com - 25/03/2014, 11:59 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie meminta agar Raja Arab Saudi mengintervensi kasus hukum yang menimpa tenaga kerja Indonesia (TKI), Satinah, yang kini terancam hukuman mati.

Menurut Marzuki, saat ini Raja Arab terkesan membiarkan rakyatnya sendiri memeras warga negara lain.

"Makanya, peran Saudi sebagai negara bersahabat, masa dibiarkan rakyatnya memeras kita. Ini Rp 25 miliar loh. Berapa tahun TKI harus bekerja untuk membayar itu, jumlahnya tak mungkin bisa dipenuhi TKI. Harusnya ada usaha dari Raja Saudi untuk membantu mengintervensi," ujar Marzuki di Kompleks Parlemen, Selasa (25/3/2014).

Marzuki mengaku prihatin karena peristiwa yang menimpa Satinah bisa dibilang menunjukkan persaudaraan antara umat Islam (ukhuwah Islamiah) yang tidak terjadi. Padahal, Arab Saudi adalah negara Islam dan Satinah pun seorang TKI yang beragama Islam.

Marzuki mengkritik hukum di Arab Saudi yang memberikan persyaratan uang supaya seorang terpidana dimaafkan. Kalaupun harus membayar ganti rugi akibat aksi pembunuhan yang dilakukan, Marzuki menilai jumlahnya tak seharusnya mencapai Rp 25 miliar.

"Harus diperhatikan juga, alasan Satinah membunuh kan karena tekanan psikologis selama ini, bukan tanpa alasan, meski kami turut berdukacita atas meninggalnya korban," imbuh politisi Partai Demokrat ini.

Selain itu, Marzuki menuntut agar Perusahaan Jasa TKI (PJTKI) dan pihak asuransi membayarkan tuntutan keluarga korban. Premi asuransi dari TKI selama ini, menurut Marzuki, seharusnya bisa membebaskan Satinah dari maut.

"Mereka tidak boleh lepas tangan begitu saja, selama ini dapat uang begitu banyak. Sisanya, baru dibayar pemerintah," ujarnya.

Seperti diketahui, Satinah, seorang TKI asal Ungaran, Jawa Tengah, mengadu nasib ke Arab Saudi. Namun, di sana, dia mendapat siksaan dari majikannya. Satinah pun melawan sehingga harus membunuh majikannya.

Pengadilan Arab Saudi memutuskan bahwa Satinah bersalah dan harus menjalani hukuman pancung pada 3 April 2014. Untuk bisa bebas dari hukuman tersebut, Satinah harus membayar uang maaf sebesar Rp 25 miliar.

Berlebihan

Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, mengatakan, sejak kasus ini mencuat, Kementerian Luar Negeri sudah melakukan pendampingan. Tim advokasi juga diturunkan untuk membantu Satinah selama proses persidangan. Namun, Satinah diputuskan bersalah dan terancam hukuman pancung.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebut Djoko, sudah mengirimkan surat kepada Raja Arab Saudi. Namun, Raja Arab Saudi tidak bisa intervensi karena pemaafan sepenuhnya sudah diserahkan kepada keluarga korban.

Menurut Djoko, tuntutan keluarga korban yang meminta uang Rp 25 miliar berlebihan. "Khusus untuk Satinah ini yang jadi kendala besar adalah permintaan uang diat yang sangat tidak masuk akal, permintaannya 7,5 juta riyal atau sekitar Rp 25-26 miliar. Padahal, dulu permintaan uang diat keluarga tidak sebesar itu, hanya sekadar ratusan ribu riyal, bahkan Rp 1 juta-1,5 juta riyal," tutur Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com