Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Disebut Paling Korup, Marzuki Salahkan Pemerintah

Kompas.com - 16/09/2013, 19:08 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie menyalahkan pemerintah terkait perilaku korup para anggota Dewan periode 2009-2014. Menurut Marzuki, legislatif tidak mungkin bisa terlibat korupsi tanpa ada peran dari eksekutif.

"DPR itu kalau tidak kerja sama dengan eksekutif, itu enggak akan jadi. Kalau enggak ada deal-deal dari eksekutif, enggak akan bisa," kata Marzuki di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (16/9/2013).

Marzukie mengatakan hal itu ketika dimintai tanggapan pernyataan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja bahwa berdasarkan Indeks Korupsi Birokrasi, selama lima tahun berturut-turut, DPR meraih predikat lembaga terkorup.

Dibandingkan dengan lembaga Parlemen di negara lain di Asia Tenggara, kata Adnan, hanya di Indonesia yang anggota parlemennya melakukan korupsi, bahkan secara terstruktur. Di negara lain seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, lembaga yang paling korup adalah kepolisian.

Marzuki mengatakan, pengelolaan anggaran bukan berada di DPR, tetapi di eksekutif. DPR hanya melakukan pengawasan anggaran. Jadi, Marzuki meminta juga dipersoalkan perilaku korup di jajaran pemerintahan.

Ia menambahkan, DPR disebut lembaga paling korup lantaran kuantitas anggota Dewan yang terjerat korupsi. Jika ingin korupsi anggaran, kata dia, tidak mungkin anggota Dewan mengatur sendiri. Anggota lintas fraksi mesti ikut terlibat.

Berbeda dengan eksekutif, tambah Marzuki, seorang pegawai suatu kementerian atau lembaga bisa bermain anggaran sendiri. Jadi, ketika suatu kasus korupsi di kementerian atau lembaga terungkap, bakal banyak anggota Dewan yang terseret.

"Misalnya kasus Hambalang, di DPR banyak orang karena yang ngerjain banyak. Kalau eksekutif hanya satu dua orang (yang mengatur). DPR enggak bisa sendirian, harus berjemaah," kata politisi Partai Demokrat itu.

Marzuki meminta agar penilaian lembaga terkorup jangan hanya berdasarkan penanganan kasus korupsi di KPK, perlu dilihat juga penanganan di kejaksaan dan kepolisian. "Apakah banyak DPR atau non-DPR (terlibat korupsi)?" kata dia.

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengaku menghormati pernyataan pihak KPK itu. Ia percaya bahwa KPK berniat baik agar DPR berbenah. "Mudah-mudahan masa pancaroba segera berlalu sehingga kita bisa berkonsentrasi membangun negeri ini," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com