Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Salah Satu Capres Diculik...

Kompas.com - 04/09/2013, 14:45 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Markas Kepolisian Resor Tanjung mendapat laporan dari masyarakat bahwa salah satu calon presiden yang akan maju dalam Pemilu Presiden 2014 diculik oleh kelompok orang tak dikenal. Mendapat laporan tersebut, Polres Tanjung menerjunkan Tim Reaksi Cepat dari Satuan Brimob Polri untuk menyelamatkan capres yang diculik.

Dari laporan yang diperoleh, capres tersebut disekap di salah satu bangunan hotel tua yang sudah tak terpakai. Sekitar 10 anggota Tim Reaksi Cepat kemudian mendatangi lokasi penyekapan. Dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, capres yang disekap diselamatkan petugas. Sementara para penculik dilumpuhkan para petugas.

Aksi penculikan capres tersebut merupakan bagian dari simulasi pengamanan Pemilu 2014 yang diselenggarakan Mabes Polri di Mako Brimob Kelapa II Depok, Rabu (4/9/2013). Simulasi ini sekaligus menutup apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) yang diikuti jajaran Kapolres se-Indonesia.

Selain penculikan capres, sejumlah simulasi ancaman terhadap kerawanan sosial pelaksanaan pemilu juga dilakukan, seperti simulasi kampanye pilpres dan kericuhan saat demonstrasi pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih di depan kantor DPR RI.

Dalam simulasi kampanye pilpres, disimulasikan jika di tengah kerumunan massa pendukung terdapat orang yang akan membunuh capres. Namun, upaya pembunuhan itu digagalkan ketika aksinya diketahui petugas yang bersiaga. Sementara capres yang akan dibunuh dievakuasi oleh petugas.

Sedangkan dalam simulasi demonstrasi, tampak aksi massa yang melakukan orasi berlangsung ricuh. Petugas yang berjaga tampak dilempar dengan sejumlah benda keras oleh para demonstran, seperti batu, botol air mineral, dan kayu. Namun, demonstrasi itu dibubarkan setelah polisi menerjunkan Unit K-9 Satwa, Satuan Polisi Antihuru-Hara, dan mobil water cannon.

Selain itu, berbagai alat penanganan teror dan pengendali massa ditampilkan, seperti pakaian penjinak bahan peledak, senjata gas air mata, mobil water cannon, mobil barakuda, hingga sejumlah alat penjinak bahan peledak.

Wakil Kepala Polri Komjen Oegroseno mengatakan, rangkaian simulasi yang dilakukan hari ini hanya gambaran sebagian ancaman yang mungkin terjadi pada pada saat pelaksanaan pemilu mendatang. Untuk itu, perlu persiapan matang agar pada saat operasi di lapangan dapat berjalan lancar.

"Peragaan tadi bukan harga mati, masih bisa dievaluasi," kata Oegroseno.

Meski demikian, ia mengatakan, yang terpenting justru upaya pencegahan agar masyarakat merasa aman. Ia juga mengimbau agar para anggota Babinkamtibmas dapat bekerja secara optimal mendeteksi segala ancaman yang mungkin dapat mengganggu stabilitas masyarakat.

"Pencegahan itu yang lebih diutamakan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

Nasional
Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

Nasional
Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

Nasional
Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Nasional
Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Nasional
Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik 'Cicak Vs Buaya Jilid 2'

Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik "Cicak Vs Buaya Jilid 2"

Nasional
JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

Nasional
Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Nasional
Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Nasional
PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

Nasional
Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

Nasional
Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

Nasional
Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

Nasional
DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

Nasional
Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com