Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Banyak Warna Parpol, Makin Berbahaya bagi MK

Kompas.com - 31/07/2013, 14:16 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Dipilihnya Patrialis Akbar sebagai Hakim Konstitusi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan Mahkamah Konstitusi (MK) semakin kental warna partai politik. Situasi itu dinilai berbahaya bagi masa depan MK.

"Dengan terpilihnya Patrialis, makin kental warna parpol di MK. Terlepas dari kapasitas dan kredibitas beliau, berbahaya bagi MK kalau terlalu banyak warna parpol," kata Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ketika dihubungi, Rabu ( 31/7/2013 ).

Refly mengatakan, posisi MK mendekati pemilu 2014 dan pemilu kepala daerah sangat strategis lantaran perannya dalam menyelesaikan sengketa pemilu. Parpol akan berjuang memenangkan pemilu, termasuk memenangkan sengketa di MK.

Melihat semakin banyaknya Hakim Konstitusi berlatarbelakang parpol, Refly khawatir akan muncul problem dalam independensi dan netralitas MK ketika menyelesaikan sengketa pemilu nantinya. Meski demikian, Refly berpendapat penunjukkan Patrialis tersebut bukan untuk kepentingan pemilu 2014.

"Kalau kepentingan 2014 , dia (Presiden) tunjuk dari Demokrat. Ini saya lihat karena janji pribadi SBY ketika melengserkan Patrialis sebagai Menteri Hukum dan HAM. Rasa tidak enak SBY saja, gantinya ini (Hakim MK). Ini jadi tidak sehat kalau personal begitu," ucapnya.

Seleksi diubah

Refly berharap proses pemilihan Hakim Konstitusi sedikit diubah tanpa harus mengubah konstitusi. Sesuai konstitusi, hakim konstitusi diajukan oleh DPR, Presiden, dan Mahkamah Agung masing-masing tiga orang dengan penetapan oleh Presiden.

Refly menyarankan proses pemilihan melibatkan Komisi Yudisial. Presiden, DPR, dan MA terlebih dulu mengajukan nama-nama calon ke KY. Nantinya, KY melakukan semacam fit and proper tes dan meminta masukan publik sebelum dipilih oleh Presiden, DPR, dan MA.

"Kalau sekarang, cara pemilihannya tidak sehat. Tanpa ada seleksi, Presiden main tunjuk saja. DPR juga begitu saja main perpanjang masa jabatan Hakim Konstitusi. Untuk jadi anggota KPU, anggota Bawaslu saja seleksinya minta ampun. Tapi makin ke sini prosesnya (pemilihan Hakim Konstitusi) makin tidak transparan, akuntabel, dan tanpa melibatkan partisipasi publik," pungkas Refly.

Seperti diberitakan, Presiden menunjuk Patrialis sebagai Hakim Konstitusi. Sebelumnya, Patrialis pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Selain itu, Ketua MK Akil Mochtar juga pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi Golkar.

Begitu pula Hamdan Zoelva pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi Bulan Bintang. Terakhir, Harjono pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari Utusan Daerah yang kemudian bergabung dengan Fraksi PDI Perjuangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com