Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misbakhun: Presiden Tidak Sedang Membicarakan Saya

Kompas.com - 10/03/2010, 20:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum berita tewasnya gembong teroris Dulmatin di Pamulang, Provinsi Banten, kasus L/C bodong sempat menjadi berita 'hangat' di berbagai media. Bahkan,  Presiden SBY sebelum menggelar rapat terbatas bidang Polhukam di kantor presiden, Jumat (5/3/2010) lalu, sempat menyinggung soal indikasi kejahatan Bank Century. Salah satu yang disoroti adalah terungkapnya kepemilikan L/C fiktif atau bodong.
 
"Disebut- sebut LC bodong, ada sesuatu yang mengarah ke tindak kejahatan, tuntaskan. Jangan tebang pilih, kebenaran harus ditegakkan untuk rayat kita. Lakukan langkah-langkah intensif dan semua kejahatan terkait Bank Century, baik di agenda pansus ataupun tidak ditegakan, mari ditegakan dengan sebiakn baiknya," ujar Presiden ketika itu.

Publik, begitu menyimak perkataan SBY, seakan tergiring dengan figur salah satu politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mukhammad Misbakhum. Terlebih, salah satu staf khusus Presiden SBY, Andi Arief sempat menuding Misbakhun memiliki L/C fiktif, bodong.

Kini, Misbakhun angkat bicara. Dalam diskusi di DPR, Rabu (10/3/2010), bertajuk Benang Kusut, Pasca Angket Century, politisi PKS tidak merasa disinggung oleh Presiden SBY. Dengan tegas, Misbakhun membantah tudingan Andi Arief, dirinya memiliki L/C bodong. 

"Seakan membuat imajinasi kepada masyarakat menganggap saya sedang bermasalah. Dan memaksa masyarkat untuk menerima imajinasi itu. Pertanyaan saya, benarkan saya bermasalah? Benarkah saya memiliki kasus," kata Misbakhun.

Masyarakat, katanya, dipaksa kasus yang dianggapnya sebagai imajinasi ini, kemudian dianggap sebuah barter kasus skandal Bank Century. Pansus Angket Bank Century, katanya, hidup dalam dunia yang nyata, bukan di ruang imajinasi.

"L/C itu dokumennya bank, maka tanya kepada bank. Dirut bank (kini Bank Muitara) juga sudah mengatakan bahwa L/C saya tidak fiktif. Dan tidak ada L/C yang bernama Misbakhun. Itu, atas nama perusahaan dan perusahaan saya dikatakan tidak fiktif. Orang selalu mengatakan dalam terminologi L/C fiktif. Soal fiktif itu sudah dijelaskan kepada bank," kata Misbakhun.

"Katanya bermasalah. Seperti apa masalahnya, kan sudah diaudit BPK. Tolong tanya BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Ini L/C adalah, alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank, tidak pernah L/C kepada company saya. Bank ke bank," ujarnya lagi.

Ia kemudian menjelaskan, 10 L/C yang dianggap bermasalah oleh BPK dan sudah ditindaklanjuti dan memang ada 4 yang dikategorikan fiktif. Dan sudah diputuskan, ada proses pengadilannya. "Dan saya tidak ada. Kemudian, diimajinasi, saya dikatakan bermasalah, ini kamu bermasalah dan saya akan dibarter. Otak saya masih sehat, kalau orang mau punya game silahkan," tandasnya.

Misbakhun kemudian menyarankan, tidak boleh orang berbicara mengenai L/C, tanpa didasari oleh knowledge (pengetahuan) tentang apa itu sebenarnya L/C.

Ada proses, ada kasus L/C fiktif, katanya, dengan didasari prasangka yang baik dan kemudian informasinya masuk ke Presiden SBY, sama sekali tidak menyangkut dengan dirinya. Hanya menyangkut 4 L/C bermasalah lain.

"Dan saya tidak ada urusan, BPK juga sudah menjelaskan saya tidak bermasalah. Maka, ketika Presiden membicarakan L/C bodong, sama sekali sedang tidak membicarakan saya. Saya ini memiliki latar belakang bisnis, kalau kemudian dimasukkan dalam politisasi seperti ini, yang kasihan bisnis saya," tegas Misbakhun.

"Apakah seorang Andi Arief sebagai salah seorang staf presiden memiliki otoritas mengatakan L/C saya bodong atau tidak bodong? Yang mengeluarkan dokumen L/C itu Bank Mutiara, maka silahkan tanya ke sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com