KOMPAS.com - Pada 14 Februari lalu, Indonesia telah menyelenggakan pemilihan umum (pemilu) untuk memilih presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif di tingkat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi dan kabupaten/kota.
Sebagaimana penyelenggaraan pemilu tahun-tahun sebelumnya, pemilu tahun ini pun menimbulkan sejumlah dinamika di tengah masyarakat.
Perdebatan pun tidak terelakkan. Masyarakat saling bersikukuh siapa sosok yang merupakan pilihan terbaik untuk memimpin bangsa ini ke depannya.
Terlepas dari berbagai pro-kontra tentang penyelenggaraan pemilu, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia masih terus berjuang untuk memperbaiki kualitas demokrasinya.
Baca juga: Perbedaan Pilihan Pemilu Hanya Sementara, Kemenkominfo Minta Masyarakat Perkuat Persatuan
Hal ini bertujuan demi menciptakan kepercayaan dan optimisme masyarakat terhadap para pemimpin yang nantinya terpilih.
Untuk itu, dalam rangka menjaga persatuan dan persaudaraan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus melakukan sosialisasi pasca-Pemilu Damai 2024 dalam balutan Forum Literasi Demokrasi dengan tema “Perbedaan Pilihan Sementara, Persaudaraan Selamanya” di Kota Bengkulu, Rabu (20/3/2024).
Dalam sambutan tertulisnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik, Kemenkominfo Marroli J Indarto menyebutkan, meskipun berbeda pandangan politik, masyarakat harus kembali bersatu dan bersama untuk membangun bangsa.
“Selalu ingat, perbedaan pilihan hanya sementara, sedangkan persaudaraan adalah untuk selamanya, Jadi, sudah waktunya bersama-sama kembali untuk membangun negeri ini dan tetap menjaga dan menghargai pendapat ataupun pilihan orang lain," ungkap Marroli melalui siaran persnya, Rabu (21/3/2024).
Baca juga: Kemenkominfo Take Down 1.971 Berita Hoaks Terkait Pemilu 2024
Menurutnya, menghargai perbedaan pilihan adalah cerminan dari nilai-nilai dasar demokrasi. Setiap individu memiliki hak untuk menyatakan pendapat dan memberikan suara sesuai dengan keyakinan dan kepentingannya.
"Meskipun pilihan masing-masing individu berbeda, sikap saling menghormati merupakan bentuk pengakuan atas hak ini. Dengan saling menghargai, kita menghormati proses demokrasi itu sendiri dan memberikan ruang bagi keberagaman pendapat yang ada," jelasnya.
Adapun penyelenggaraan forum diskusi kali ini menampilkan dua narasumber, yakni Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bengkulu Yulkamra dan influencer dakwah atau tokoh muda, Risyad Baya’sud.
Menurut Yulkamra, sudah sepatutnya setelah masyarakat Indonesia memiliki perbedaan – perbedaan politik saat pemilu.
Baca juga: Kemenkominfo Buka Beasiswa S2 Luar Negeri, Simak Syaratnya
"Saat ini masyarakat harus bahu-membahu membangun bangsa dengan tetap menjaga persaudaraan. Tidak dipungkiri, suasana Pemilu dapat mengakibatkan gesekan antarpendukung pasangan calon," tuturnya.
Dalam kondisi ini, sebut dia, masyarakat harus mengedepankan sikap saling menghormati agar konflik yang lebih besar bisa dihindari.
"Kesadaran akan pentingnya keberagaman pandangan pada dasarnya akan membantu masyarakat untuk fokus pada persamaan tujuan bersama, yakni memilih pemimpin terbaik untuk bangsa dan negara," sebut dia.