KOMPAS.com – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Jawa Timur (Jatim) Said Abdullah menyampaikan rasa syukurnya atas keunggulan PDI-P sebagai peraih suara terbanyak dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2024.
“Alhamdulillah, (PDI-P) tetap menjadi partai pemenang, berhasil hattrick berturut-turut sebagai pemenang pemilihan umum (pemilu) sejak 2014,” ucapnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (21/3/2024).
Berdasarkan ketetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (RI), Rabu (20/3/2024), PDI-P meraih 25.387.279 suara dari total 84 daerah pemilihan (dapil).
Diikuti oleh Partai Golkar di urutan kedua, dengan perolehan 23.208.654 suara, dan Partai Gerindra berada di posisi ketiga dengan perolehan 20.071.708 suara.
Baca juga: Rekapitulasi KPU: PDI-P Raih Suara Terbanyak Pileg DPR 2024, Disusul Golkar dan Gerindra
Pernyataan tersebut disampaikan Said sebagai respons atas berbagai isu yang beredar mengenai aksi provokasi yang bertujuan menjatuhkan PDI-P.
Ia menyatakan bahwa aksi provokatif tersebut menggunakan bahasa yang sarkastis. Meskipun demikian, aksi ini tidak berdampak pada PDI-P, seperti yang terbukti dari perhitungan riil dan keputusan KPU mengenai hasil Pileg 2024.
“Pertanyaannya, apa kesalahan PDI-P sehingga merebak berbagai kalimat provokatif ingin menghancurkan partai yang dipimpin oleh putri Proklamator, Ibu Megawati Soekarnoputri,” ucapnya.
“Terlebih lagi, fakta menunjukkan bahwa PDI-P telah beberapa kali memenangkan pemilu dan kadernya mendapat kepercayaan rakyat untuk menempati posisi puncak pimpinan Indonesia. Ini menandakan bahwa PDI-P adalah partai yang masih mendapatkan kepercayaan rakyat Indonesia,” sambung Said.
Baca juga: Berkah Proyek Pembangunan IKN, Penjualan Semen Indonesia Melonjak 10 Persen Sepanjang 2023
Lebih lanjut, Said menjelaskan bahwa sejak reformasi pada 1998, tidak ada partai lain yang memenangkan lebih banyak pemilu daripada PDI-P.
Ia menegaskan, hal tersebut tidak dimaksudkan untuk menjadi sombong. Sejak reformasi, PDI-P telah memenangkan pemilu sebanyak empat kali, bahkan berhasil meraih kemenangan tiga kali berturut-turut.
“Lagi-lagi bukti tak terbantahkan betapa sebagian besar rakyat Indonesia sangat mencintai dan mempercayai PDI-P. Dan kepercayaan inilah yang dijaga sepenuh oleh PDI-P,” jelas Said.
Menurutnya, dalam konteks tersebut, berbagai pernyataan provokatif yang bertujuan menjatuhkan PDI-P menunjukkan kepentingan politik jangka pendek yang kental. Tujuannya hanya untuk memenuhi nafsu kekuasaan demi terus berkuasa.
Said menyatakan bahwa beberapa pihak berusaha merusak citra dan karakter PDI-P, bahkan menggunakan alat-alat kekuasaan untuk menekan partai dengan lambang banteng tersebut. Hal ini dilakukan semata-mata karena PDI-P menolak memenuhi nafsu kekuasaan tersebut.
“Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada kalangan yang ingin mencoba melanggar konstitusi, misalnya, dengan merubah batasan masa jabatan presiden, yang berdasarkan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 hanya dibatasi dua periode dan menunda pemilu,” imbuhnya.
Berbagai kalangan tersebut, lanjut dia, mencoba membujuk PDI-P untuk mengubah konstitusi agar masa jabatan presiden dapat diperpanjang lagi.