KOMPAS.com - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyerukan kepada masyarakat agar tetap cerdas dan bijak dalam menerima serta menyebarkan informasi, terutama menjelang momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Imbauan tersebut disampaikan karena pola kampanye hitam mengalami peningkatan yang juga memanfaatkan media teknologi informasi terkini.
Salah satu bentuknya adalah penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), yang dapat menghasilkan konten palsu yang sulit dibedakan jika hanya dilihat sekali.
Nezar mencontohkan hal ini dengan deepfake, sebuah teknik manipulasi gambar atau video yang dapat mengubah wajah, suara, atau gerakan seseorang.
“Itu menjadi hal baru dalam (penyebaran) hoaks tahun ini. Ini bukan hanya (terjadi) di Indonesia, sejak generative AI muncul, (teknik ini) sudah digunakan di beberapa negara, tidak hanya (dalam konteks) pemilu, tetapi juga untuk menyebarkan misinformasi dalam (bidang) kesehatan dan ilmu pengetahuan,” tutur Nezar dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (9/2/2024).
Baca juga: 6 Hakikat Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Pernyataan tersebut disampaikan Nezar saat menghadiri Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk “Dewasa Berdemokrasi pada Pemilu 2024” beberapa waktu lalu.
Ia juga mengungkapkan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mengambil langkah-langkah antisipatif sejak enam bulan sebelum pemilu dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk media utama di berbagai platform.
Selain itu, Nezar menyebut bahwa Kemenkominfo bekerja sama dengan platform media sosial yang sering menjadi tempat penyebaran disinformasi dan misinformasi.
“Kami berkolaborasi dengan platform media sosial (medsos), seperti Google, Meta, TikTok, X, dan lain-lain. Kami memiliki komitmen yang kuat untuk menciptakan ruang digital yang sehat guna menyukseskan Pemilu 2024,” jelasnya.
Baca juga: UGM Sediakan 9 TPS Khusus buat Mahasiswa pada Pemilu 2024
Sejak 1 Juli 2023 hingga 24 Januari 2024, Kemenkominfo telah mengidentifikasi 195 isu hoaks di 2.885 konten. Dari jumlah ini, 1.545 konten telah ditindaklanjuti, sementara sisanya masih dalam proses.
Nezar menegaskan bahwa pemilu adalah sebuah acara besar yang tidak hanya menjadi perhatian masyarakat lokal tetapi juga internasional.
Oleh karena itu, Kemenkominfo berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan ekosistem media untuk mengatasi kekacauan informasi dan menanggulangi potensi polarisasi.
"Selain itu, dibutuhkan juga keterlibatan organisasi masyarakat dan tim pemenangan untuk mencapai kesatuan pandangan dan kesamaan sikap. Kita harus menciptakan pemilu ini damai (sebagai) sarana integrasi bangsa," ucap Nezar.
Baca juga: Tren dan Tantangan Integrasi AI pada Sektor Migas
Sebelumnya, Nezar menyatakan bahwa dominasi politik identitas yang terlihat pada dua pemilu sebelumnya telah menurun signifikan pada 2024.
Ia optimistis bahwa pesta demokrasi kali ini akan jauh lebih damai dibandingkan periode pemilu sebelumnya.