Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iga Diaska Pradipta
Tentara Nasional Indonesia

Analis Pertahanan, Geopolitik, dan Hubungan Internasional

Koalisi atau Oposisi

Kompas.com - 16/02/2024, 13:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HINGAR bingar Pemilu Presiden telah dilaksanakan pada 14 Februari 2024. Meskipun hasil resmi KPU belum diumumkan, namun quick count dari berbagai lembaga survei telah memenangkan pasangan nomor dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang akan dilakukan oleh partai pendukung paslon yang kalah dalam pemilu?

Tentu saja pilihannya ada dua: masuk bergabung ke dalam pemerintahan atau tetap berada di luar dan menjadi oposisi. Kedua pilihan memiliki pro dan kontranya masing-masing yang perlu diketahui oleh masyarakat.

Pilihan pertama, bergabung menjadi bagian dari pemerintahan. Bagi partai politik, tentu ini menjadi hal pragmatis yang menguntungkan karena akan mendapatkan ”jatah” dari paslon pemenang dengan menduduki posisi eksekutif pemerintahan dalam lima tahun ke depan.

Bisa saja kursi menteri, wakil menteri, maupun jabatan strategis dalam kementerian dan/atau lembaga lainnya.

Hal ini akan meningkatkan pengaruh yang dimiliki partai politik dan persiapan untuk menggalang suara di pentas demokrasi lima tahun selanjutnya.

Bagi masyarakat Indonesia, pemerintahan yang memiliki koalisi besar layaknya masa presidensi lima tahun terakhir akan memudahkan pemerintah menjalankan program kerjanya tanpa adanya ”jegalan” berarti dari oposisi.

Setiap program pemerintah akan mendapatkan dukungan sehingga pemerintah dapat bergerak lebih cepat tanpa banyak halangan birokrasi.

Namun, kekurangannya adalah fungsi pengawasan oleh legislatif menjadi lebih lemah karena ada kesepahaman bahwa kedua pihak berada di sisi yang sama. Kemungkinan penyelewengan penggunaan kekuasaan dapat lebih terbuka.

Pilihan kedua, tetap berada di luar pemerintahan dan menjadi oposisi pemerintah. Bagi partai politik, hal ini menunjukkan idealismenya terhadap nilai-nilai yang dianut dan komitmennya dalam berpolitik.

Hal ini menjadi nilai lebih bagi partai politik tersebut dan mungkin akan meningkatkan loyalitas pendukungnya.

Bagi masyarakat Indonesia, adanya oposisi pemerintah yang kuat akan memberikan fungsi check and balance bagi pemerintah dalam sistem demokrasi.

Hal ini akan sejalan dengan trias politika di mana pembagian kekuasaan dibagi ke dalam fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Ketiga entitas tersebut akan saling mengecek terhadap kinerja satu sama lain sehingga sistem demokrasi negara dapat terjaga idealismenya sesuai dengan mandat konstitusi.

Penyelewengan terhadap penggunaan kekuasaan di setiap entitas dapat diminimalisasi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Nasional
Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Nasional
Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Nasional
Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com