DALAM pemilu dan pilpres 2024 kali ini belum terlihat secara jelas faktor apa saja yang telah atau akan menjadi “game changer” dan dapat menengahi hasil pemilihan.
Sesuatu bisa dikatakan sebagai game changer bila nanti bersesuaian atau relevan dengan hasil pemilihan. Dalam pilpres setiap isu yang mengemuka sebelum hari pemilihan berpotensi menjadi game changer.
"Game changer" dalam kontestasi politik merujuk pada suatu kejadian atau isu, bisa pula strategi atau politik kreatif yang memiliki dampak besar dan mengubah dinamika politik yang tengah berlangsung.
Dalam pilpres, "game changer" sering terjadi. Misalnya, debat presiden yang sangat berpengaruh, skandal besar yang melibatkan kandidat, atau kejadian tak terduga lainnya dapat menjadi faktor perubah arah dan dinamika politik.
Pengalaman dalam pilpres di sejumlah negara memberikan contoh bagaimana “game changer” dalam pemilihan presiden dapat menjadi titik balik signifikan dalam sejarah politik suatu negara, mengubah arah dan membawa perubahan yang substansial.
Dalam Pilpres Kenya 2002, faktor tampilnya Mwai Kibaki kemudian menjadi "game changer." Ia akhirnya terpilih menjadi presiden setelah bertahun-tahun otoriterisme di bawah pemerintahan Daniel arap Moi, Kibaki mewakili koalisi yang bersatu untuk menggulingkan rezim yang telah lama berkuasa.
Pemilihan tersebut menandai perubahan dramatis dalam politik Kenya, dengan Kibaki menjadi presiden pertama yang terpilih secara damai melalui pemungutan suara, menggantikan presiden sebelumnya yang telah memerintah selama 24 tahun.
Berikutnya dalam pilpres India tahun 2014. Narendra Modi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) menjadi "game changer" dengan kampanye yang kuat dan fokus pada isu pembangunan ekonomi yang adalah persoalan mendasar.
Dengan itu Modi berhasil mendapatkan dukungan luas dan signifikan untuk memenangkan pemilihan dengan suara mayoritas, mengakhiri era pemerintahan Kongres yang telah lama berkuasa.
Begitu pula pada pilpres Nigeria 2015, Muhammadu Buhari menjadi "game changer." Ia tampil dan memenangkan pemilihan tersebut, mengalahkan petahana Goodluck Jonathan.
Kemenangan Buhari menandai perubahan dalam politik Nigeria, dengan menjadi pertama kalinya seorang petahana kalah dalam pemilihan presiden di negara itu.
Pemilihan kala itu menunjukkan perubahan dalam dinamika politik Nigeria dan memperlihatkan betapa pentingnya pilpres dalam mengubah arah politik suatu negara. Perubahan kepemimpinan ini membawa harapan akan reformasi dan perubahan positif.
Dalam pilpres Amerika Serikat 2016, “game changer” pun terjadi, yang kemudian mengubah peta politik, ketika pengungkapan email oleh WikiLeaks terkait kandidat presiden Hillary Clinton jelang hari pemilihan.
Terungkapnya email yang turut menjatuhkan kredibilitas Clinton saat itu, menjadi contoh bagaimana suatu peristiwa politik dapat turut memengaruhi hasil pemilihan secara cepat dan signifikan.
Beberapa email yang diungkap waktu itu menyoroti berbagai isu kontroversial, seperti pengaturan pertanyaan debat oleh pihak yang mendukung Hillary Clinton, yang kemudian menimbulkan kontroversi.