KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan bahwa pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki komitmen dan konsistensi dalam memperjuangkan kepentingan umat Islam.
Menurutnya, Prabowo-Gibran adalah perpaduan dua kekuatan yang sebelumnya berseteru, dan kini bersatu.
“Insya Allah umat ini, tidak akan lagi menjadi pendorong mobil mogok. Sekarang saatnya kita menggabungkan suara politik umat di tengah. Pak Prabowo mendapatkan dukungan luar biasa dari gabungan suara umat baik di tengah, kanan dan kiri,” kata Mahfuz dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman Partaigelora.id, Sabtu (10/2/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Mahfuz dalam diskusi Gelora Talks bertajuk “Pilpres 2024: Membedah Agenda Keumatan Prabowo-Gibran”, yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Gelora TV, Rabu (3/1/2024).
Baca juga: Survei Median: Elektabilitas Gerindra dan PDI-P Teratas, PSI dan Gelora Berpotensi Lolos Parlemen
Acara tersebut dipandu Wakil Sekjen (Wasekjen) Partai Gelora Dedi Miing Gumelar dengan menghadirkan sejumlah narasumber, mulai dari Dewan Penasehat Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Fadli Zon, politisi akademisi Profesor Doktor (Dr) Ali Masykur Musa, serta Katib ‘Aam PB Jam’iyyah Ahli Thoriqah Mu’tabarah Indonesia Kiai Haji Miftahul Huda.
Mahfuz menyatakan bahwa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi momentum bagi umat Islam untuk tidak lagi menjadi pendorong "mobil mogok" calon presiden (capres).
Menurutnya, cara untuk menghindari situasi tersebut adalah dengan mendukung pasangan capres dan calon wakil presiden (cawapres) yang memiliki peluang menang lebih besar.
“Kalau mau mendukung dan tidak lagi menjadi pendorong mobil mogok, maka dukunglah pasangan yang peluang menangnya lebih besar. Menurut saya pada 2024 ini yang peluangnya lebih besar adalah pasangan Pak Prabowo dan Mas Gibran,” kata Mahfuz.
Baca juga: TKN Berikan Alasan Prabowo-Gibran Tak Pernah Kampanye di NTB
Ia menilai bahwa dalam kontestasi Pilpres 2024 tidak diperlukan lagi ijtima ulama, karena menurutnya suara umat dan ulama telah terdistribusi pada ketiga pasangan calon.
Untuk diketahui, ijtima ulama adalah perkumpulan para ulama yang dilakukan untuk membahas kesepakatan mengenai politik atau hukum Islam.
“Jadi kalau ada capres yang mengadakan ijtima ulama, itu bukan ijtima ulama, tapi hanya sekedar rukyat dari sekelompok orang saja atau sekelompok ulama di satu posisi saja. Jadi jangan bikin ijtima yang tidak Ijtima,” imbuh Mahfuz.
Ia menegaskan bahwa ketika berbicara tentang ijtima ulama, umat Islam harus menyadari bahwa ijtima tersebut pada dasarnya membahas masalah kepentingan umat Islam.
Baca juga: Anis Matta: Umat Islam Hendaknya Dukung Prabowo-Gibran
Seperti diketahui, umat Islam merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia, terutama dalam situasi politik global yang sangat rentan saat ini.
“Pak Prabowo itu paling konsisten dan komitmen terhadap umat. Dalam masalah Palestina, misalnya, Pak Prabowo langsung action tidak janji-janji seperti capres lain. Apalagi kalau beliau sebagai pemimpin negara, maka akan lebih besar lagi yang dilakukan,” tutur Mahfuz.
Dalam kesempatan tersebut, Mahfuz menegaskan bahwa Prabowo Subianto adalah sosok capres yang visioner, yang bertekad menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat, bukan sekadar negara pertengahan.
Tujuannya bukan hanya menjadikan Indonesia sebagai Macan Asia, tetapi juga menjadikannya sebagai kekuatan kelima di dunia.
Baca juga: Anies-Muhaimin Tandatangani Pakta Integritas Ijtima Ulama
“Jadi jangan dipecah lagi dengan ijtima ulama yang tidak ijtima. Karena ketika berbicara tentang umat Islam, adalah bagian terbesar dari bangsa Indonesia. Beliau tidak ingin membuat dua kotak yang terpisah, antara umat dan bangsa. Jadi ketika beliau mengajukan agenda tentang bangsa, sesungguhnya adalah agenda untuk memajukan umat,” ucap Mahfuz.
Meski demikian, ia mengakui bahwa ada sekelompok orang yang sengaja memelihara situasi perpecahan di masyarakat demi kepentingan elektoral.
Sekelompok orang tersebut berupaya agar terus ada pembelahan antara umat dan bangsa.