Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singgung Intervensi Kampus Selama Rezim Jokowi, Fahri Hamzah: Guru Besar Diam Saja

Kompas.com - 08/02/2024, 14:18 WIB
Vitorio Mantalean,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, mengakui kekuasaan rezim Joko Widodo (Jokowi) mengintervensi kampus dan mendapatkan lampu hijau dari para guru besar.

Hal itu disampaikan Fahri dalam rangka menyoroti gelombang kritik para guru besar lintas kampus terhadap dugaan keberpihakan Presiden Jokowi di masa kampanye pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Fahri menganggap ratusan guru besar yang melakukan deklarasi itu tidak berbuat apa-apa ketika kampus diintervensi penguasa.

"Kalau kita bagi dua, ada masa damai yang paling panjang, masa perang cuma setahun karena kita kampanye. Harusnya, dalam masa damai, teman-teman profesor itu teguh menjaga integritas kampus, tradisi akademik, kebebasan mimbar, dan independensi kampus. Itu tidak dijaga," ujar Fahri dalam program GASPOL! Kompas.com yang tayang di YouTube Kompas.com, Rabu (7/2/2024).

Baca juga: Tuduh Guru Besar Partisan, Fahri Hamzah: Saya Tahu Warnanya Apa

"Mengizinkan tentakel-tentakel kekuasaan ngobok-ngobok kampus, diam saja mereka," kata Wakil Ketua Umum Partai Gelora yang mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ini melanjutkan.

Fahri memberi contoh pernah ditolak masuk ke Universitas Gadjah Mada (UGM) circa 2017-2018. Tetapi, menurutnya, tidak seorang pun guru besar yang membelanya.

Dia yang kala itu masih kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengaku memahami penolakan itu mengandung unsur politis, lantaran dirinya oposisi ketika itu di hadapan "kiri merah".

Fahri juga menyinggung soal penolakan sejumlah kampus terhadap Rocky Gerung, sosok yang lantang mengkritik pemerintahan Jokowi.

Baca juga: Ramai Guru Besar Suarakan Keresahan, Fahri Hamzah: Kampus Telat Ambil Sikap

Padahal, menurut Fahri, para guru besar seharusnya aktif menjaga tradisi berpikir, kebebasan mimbar, dan independensi kampus selama "masa damai".

"Masa orang kayak Rocky saja di mana-mana ditolak masuk kampus dan guru besar kita diam pada masa damai," kata Fahri.

"Ini bukan zaman Orde Baru. Cukup jadi dosen dan peneliti di kampus, maka tidak ada yang ganggu kok. Ini enggak, masih mengembangkan macam-macam lah, ikut-ikutan juga dengan agenda tentakel-tentakel negara untuk menakut-nakuti kampus," ujarnya lagi.

Fahri lantas menuduh para guru besar yang mengkritik pemerintahan Jokowi tersebut sebagai bagian dari pasukan karena bersuara melawan kekuasaan pada masa kampanye.

"Padahal pertempurannya guru besar di masa damai, menjaga tradisi berpikir, mahasiswa dia bela, ini enggak. Malah ikut-ikutan intimidasi mahasiswa pada masa damai," katanya.

Baca juga: Pilpres Disebut Bakal Satu Putaran, Fahri Hamzah Minta Rakyat Pilih Prabowo-Gibran

Dia juga mempertanyakan bahwa beberapa nama di antara para guru besar tersebut merupakan orang yang pernah bekerja dengan Jokowi cukup lama dan kerap dilibatkan dalam tugas-tugas kenegaraan secara ad hoc.

"Orang yang pernah bekerja dengan Pak Jokowi, begitu lama, tidak pernah mengkritik Jokowi, karena they are part of the system, terus tiba-tiba mengatakan Pak Jokowi salah semua, itu yang saya tidak bisa mengerti," ujar Fahri.

"Berarti ada afiliasi lain yang menyebabkan mereka pisah sama Pak Jokowi. Pak Jokowi bukan siapa-siapa di situ, ada yang lain yang 'siapa-siapa' yang mereka ikuti di situ. Itu afiliasi kedua. Dugaan saya, sebenarnya dia dari dulu sudah terafiliasi dengan Pak Jokowi cuma dia kesal karena Pak Jokowi keliatan terafiliasi dengan Pak Prabowo," katanya lagi.

Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Fahri Hamzah Ngamuk Guru Besar Kritik Prabowo dan Jokowi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangkan Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangkan Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis Lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis Lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com