SALAH satu ‘dramaturgi’ dari debat kedua Pilpres 2024 adalah beredar atau viralnya video yang menangkap momen calon presiden Prabowo Subianto menarik jaket Bahlil Lahadalia agar mendekatinya untuk berbincang.
Terlihat ada gestur ‘kasar’ dari Prabowo terhadap Bahlil. Atas insiden itu, Bahlil telah memberikan klarifikasi, bahwa ia merasa Prabowo tidak menarik jaketnya dengan kasar, dan yang dilakukan itu masih dalam batas yang wajar.
Baca juga: Ditarik Prabowo saat Debat Cawapres, Menteri Bahlil Kaget Narasi Dikasari Prabowo
"Enggak ada yang merasa ditarik, itu kan cuma kepingan video saya saja yang dipotong itu, jadi saya juga kaget," kata Bahlil di Perpustakaan Nasional, Jakarta (Kompas.com, Sabtu, 23 Desember 2023).
Sejauh ini belum ada klarifikasi langsung dari Prabowo. Namun dari Partai Gerindra melalui Wakil Ketua Umum (Waketum) Habiburokhman membantah Prabowo bersikap kasar terhadap Bahlil.
"Tidak benar bahwa Pak Prabowo bersikap kasar, dan tidak benar juga kalau ada ketegangan antara Pak Prabowo dan Pak Bahlil," kata Habiburokhman (Antara, Sabtu, 23 Desember 2023).
Namun apakah dengan penjelasan itu persoalan selesai? Karena dari video yang beredar, terlihat gestur yang pantas memunculkan pertanyaan di benak publik, apa sesungguhnya yang terjadi?
Apakah Bahlil benar-benar telah dikasari atau tidak. Ataukah sejumlah klarifikasi yang mengemuka hanya sekadar untuk memitigasi persoalan dan opini publik?
Tentu hanya Prabowo dan Bahlil yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Publik hanya bisa menerka dan memberikan penilaian atas interaksi yang viral itu.
Namun bagaimana kita melihatnya dalam konteks komunikasi? Sesuatu yang memang penting ditelaah.
Harusnya disadari oleh setiap orang yang berada di ruang publik atau public sphere bahwa komunikasi dan interaksi yang dilakukan dengan seseorang atau orang lain ada pada wilayah pengamatan dan penilaian publik.
Hal ini tidak saja dapat disaksikan secara langsung oleh orang lain yang ada pada ruang dan waktu yang sama, tapi juga melalui banyaknya kamera atau CCTV dapat merekam setiap peristiwa yang terjadi.
Apalagi bila interaksi atau komunikasi itu melibatkan dua orang dengan latar publik figur atau orang terkenal, dan kemudian ada yang janggal atau tak lumrah, tentu saja akan lebih memantik perhatian.
Sehingga dalam peristiwa komunikasi antara Prabowo dan Bahlil, tentu saja lebih menarik dan menjadi perhatian khalayak luas, karena mereka adalah pejabat publik atau pejabat negara.
Prabowo selain adalah Menteri Pertahanan, juga merupakan calon presiden yang sedang berkontestasi. Sementara Bahlil adalah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Kehadiran atau keberadaan dan semua sikap atau gestur mereka tentu saja menjadi perhatian. Lebih fatal karena itu pada moment ‘live tv’, terjadi di era di mana hampir semua orang yang ada di lokasi peristiwa, punya smartphone, yang tentu ada kameranya.