Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Narasi "Gemoy" Kubu Prabowo, Ganjar: Semua Boleh Berstrategi

Kompas.com - 24/11/2023, 14:45 WIB
Ardito Ramadhan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menanggapi soal narasi gemoy yang diangkat kubu calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto untuk mengampanyekan capresnya.

Menurut Ganjar, setiap tim pemenangan calon presiden tentu memiliki strategi masing-masing dengan mengangkat narasi tertentu.

"Ya itu strateginya beliau. Strategi kan semua boleh buat strategi," kata Ganjar di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Baca juga: Soal Cegah KKN, Ganjar: Tak Hanya OTT, tapi Pencegahan lewat Edukasi Sejak Dini

Ketika ditanya soal strategi yang akan ia gunakan, Ganjar tidak memberikan jawaban yang jelas.

Politikus PDI-P itu hanya mengayunkan tangannya di depan dada seperti menirukan cara kelinci melompat.

"Kayak gini," kata Ganjar sambil menggerakan tangannya lalu meninggalkan wartawan.

Untuk diketahui, belakangan ini Prabowo kerap dijuluki "gemoy" oleh para pendukungnya.

Beragam atribut bertuliskan "gemoy" juga tampak dibawa oleh pendukung Prabowo pada saat pengundian nomor urut di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu.

Baca juga: Jadi Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Andi Gani Mundur dari Komisaris PT PP

Julukan ini muncul setelah Prabowo kerap menunjukkan tingkah yang dianggap "menggemaskan" di muka publik, misalnya saat ia berjoget dalam beberapa kesempatan.

Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai, aksi Prabowo itu merupakan strateginya untuk mengubah citra dari sosok yang pemarah menjadi santai tapi serius.

Jamiluddin menjelaskan, sosok pemarah tidak disukai kalangan milenial dan gen Z. Menurutnya, anak muda menyebut orang-orang yang memiliki sifat keras "tidak asyik".

"Untuk itu, Prabowo mengubahnya dengan banyak senyum dan dalam beberapa kesempatan diiringi dengan berjoget. Hal itu juga dipertontonkannya saat acara pengundian nomor pasangan capres-cawapres di KPU," tutur Jamiluddin.

Baca juga: Romo Magnis ke Ganjar: Politik Bukan untuk Menangkan Orang Kiri Kanan, tapi Memajukan Bangsa

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo pun pernah mempersilakan masyarakat memilih capres lain yang tidak "gemoy" seperti Prabowo atau cawapres yang tidak terlalu kurus seperti Gibran.

"Kalau tidak suka dengan Pak Prabowo dan Mas Gibran ya pilih yang lain lah. Enggak ada paksaan kok. Indonesia bukan Korea Utara. Indonesia adalah negara demokrasi," ujar Hashim saat memberi paparan pada acara Guyub Nasional Relawan Jokowi (ReJo) Prabowo-Gibran Milenialz di Petojo, Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).

"Ada pilihan. Kalau tidak suka Prabowo ya sudahlah, Pak Prabowo mungkin terlalu gemuk. Mas Gibran mungkin terlalu kurus. Yang satu gemoy, yang satu apa, ya sudahlah," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com