JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan menyinggung soal kebiasaan masyarakat yang menyebut Indonesia sebagai "Wakanda" atau "Konoha" di media sosial.
Menurut Anies, kebiasaan itu merupakan dampak dari kondisi demokrasi di Indonesia yang menurun sehingga dinilai menyulitkan kebebasan berekspresi.
Anies juga menyebut penurunan kondisi demokrasi ada kaitannya dengan hukum dan kekuasaan.
"Ketika negara tidak lagi dikendalikan hukum, tapi sebaliknya, maka kepercayaan rakyat akan menurun dan kita akan merasakan kualitas demokrasi yang berubah," ujar Anies dalam acara Gagas RI: Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar Bicara Gagasan Kebangsaan yang disiarkan Kompas TV pada Rabu (22/11/2023) malam.
"Indikasinya sederhana, makin banyak di Twitter atau di sosmed kalau menyebut Indonesia nyebutnya Wakanda, Konoha, kenapa ? Ini problem, karena enggak berani sebut nama Indonesia. Khawatir nanti muncul tuntutan-tuntutan hukum," lanjutnya.
Baca juga: Singgung Kebijakan Pusat-Daerah Tak Sinkron, Anies: Bulan Ini Dikerjakan A, 6 Bulan Lain Berubah B
Adapun Wakanda merupakan nama sebuah tempat fiktif di dalam film garapan Marvel Studios.
Sementara itu, Konoha juga merupakan nama sebuah tempat fiktif daman cerita kartun Naruto.
Baik Wakanda maupun Konoha sama-sama menjadi budaya populer yang dikenal luas oleh masyarakat.
Anies menjelaskan, dalam suatu negara, jika ada penguasa yang bisa mengganti-ganti hukum maka bisa disebut sebagai negara kekuasaan.
Oleh karenanya, Anies menekankan agar Indonesia tidak boleh berubah dari negara hukum menjadi negara kekuasaan.
"Negeri ini (Indonesia) tidak boleh berubah dari negara hukum menjadi negara kekuasaan. Jadi harus dikembalikan menjadi negara hukum," tutur Anies.
Baca juga: Bicara soal Kesulitan Ekonomi, Cak Imin Singgung Kebiasaan Rakyat Makan Mi Instan di Akhir Bulan
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu melanjutkan, jika hukum dikembalikan fungsinya agar bisa mengatur kekuasaan, maka akan menimbulkan kepercayaan masyarakat kepada negara.
Menurut Anies, kepercayaan merupakan salah satu modal demokrasi.
"Dalam sebuah demokrasi, pilarnya adalah trust. Kepercayaan. Untuk negara non demokrasi pilarnya adalah rasa takut. Bila ada sebuah negara rakyatnya punya rasa takut, tokoh tokohnya punya rasa takut, maka di situ sebetulnya bukan demokrasi. Tapi non demokrasi," jelas Anies.
"Tapi bila demokrasi tidak ada rasa takut, justru yang ada adalah kepercayaan," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.