Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikrar Nusa Bhakti: Saya Tak Menyangka Jokowi Berubah, dari "Jokowi adalah Kita" Jadi seperti "Raja Jawa Kecil"

Kompas.com - 05/11/2023, 10:21 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar politik Ikrar Nusa Bhakti mengaku menangis saat menulis sebuah tulisan opini yang diberi judul "Kuasa Memanggul Lupa" di Harian Kompas. Sebab, ia tidak menyangka Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat berubah dari yang telah dikenalnya selama ini.

Ikrar mengatakan, ia sudah mendukung Jokowi saat ayah Gibran Rakabuming Raka tersebut masih menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Bahkan, Ikrar tetap mendukung Jokowi ketika dirinya sudah menjadi Duta Besar (Dubes) RI di Tunisia.

Hal tersebut disampaikan Ikrar dalam program Gaspol! Kompas.com, seperti disiarkan akun YouTube Kompas.com, Sabtu (4/11/2023).

Baca juga: Ikrar Nusa Bhakti Sindir Jokowi: Orang kalau Sudah Berkuasa Itu Suka Lupa

"Saya menulisnya sambil menangis itu. Karena saya tidak menyangka seorang presiden yang saya dukung sejak menjadi calon Gubernur DKI, kemudian menjadi Capres 2014, dan ketika saya menjadi Dubes di Tunisia juga saya tetap mendukung beliau walau tidak boleh kampanye sama Bu Menlu," ujar Ikrar.

"Kemudian, kok bisa berubah 180 derajat dari yang seorang tadinya 'Jokowi adalah kita' itu menjadi seorang yang seperti 'raja Jawa kecil' yang ingin membangun lewat dinasti," katanya lagi.

Menurut Ikrar, apa yang terjadi kepada Jokowi itu sulit dipercaya. Oleh karena itu, ia pun menuangkan pikirannya melalui tulisan berjudul "Kuasa Memanggul Lupa".

Ikrar lantas mengatakan, kritik yang paling baik adalah kritikan yang berasal dari teman sendiri.

Sebab, menurutnya, kritikan itu pasti sifatnya membangun, bukan untuk menjatuhkan.

Baca juga: Relawan Ganjar Tunggu Putusan MKMK Sebelum Nyatakan Jokowi Berkhianat

"Anda jangan lupa. Kritik yang paling baik itu adalah dari pendukung atau teman. Karena kritikan itu akan membangun, bukan untuk menjatuhkan. Saya juga seorang Muslim. Dan dalam Islam itu ada istilahnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mengajak kebenaran dan menghindari suatu yang buruk. Sebenarnya intinya itu," ujar Ikrar.

"Dan Anda tahu, persoalan 'Kuasa Memanggul Lupa' itu bukan cuma ajaran Jawa kuno. Tapi ajaran di dalam politik barat pun mengajarkan seperti itu," katanya lagi.

Ikrar kemudian mengutip pernyataan Abraham Lincoln yang berisi, "kalau anda mau menguji orang, berilah dia kekuasaan."

Ikrar menjelaskan bahwa seseorang bisa lupa dengan segalanya jika sudah berkuasa.

"Lupa tentang dirinya sendiri, lupa akan sumpah yang dia ucapkan, lupa kepada teman, lupa darimana dia berasal," ujar Ikrar.

Baca juga: Saat Tokoh, Elite PDI-P, dan Pendukung Merasa Kecewa dengan Jokowi...

Kemudian, Ikrar menyebut kalimat yang kerap para pendukung Jokowi yang berasal dari Jawa kerap sebutkan, yakni sangkan paraning dumadi.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com