JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah membantah jika putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka disebut melompat atau melewati jalan pintas untuk menjadi cawapres di Pilpres 2024.
Fahri lantas meminta PDI-P untuk menyudahi kekecewaan mereka buntut Gibran jadi cawapres Prabowo Subianto.
"Kekecewaan PDI-P harus dihentikan. Karena ini semua adalah akibat dari sistem politik yang kita desain sendiri. Jadi tidak bisa kita salahkan," ujar Fahri saat dimintai konfirmasi, Jumat (3/11/2023).
Baca juga: Gibran Harus Kejar Tingkat Kedikenalan Publik untuk Bantu Tingkatkan Elektabilitas Prabowo
Fahri menyampaikan, di dalam demokrasi, karier pejabat publik tidak bisa ditentukan oleh segelintir orang.
Sebab, pada dasarnya, yang memilih para calon yang maju ke kontestasi pemilu adalah rakyat Indonesia secara langsung.
"Jadi terminologi melompat itu tidak dikenal dalam jabatan yang dipilih rakyat atau yang sering disebut sebagai elected official," ujar dia.
Menurut Fahri, karier yang melompat itu hanya ada dalam birokrasi yang mengandung merit system, di mana ada seseorang yang tidak melalui sistem yang sudah ditetapkan oleh birokrasi itu sendiri, tetapi tiba-tiba bisa mendapat posisi di atas.
Dia menegaskan, jika orang yang menduduki suatu jabatan itu dipilih oleh rakyat, orang itu tidak bisa dikatakan melompat.
"Dalam jabatan yang dipilih rakyat, itu tidak ada istilah melompat," ucap Fahri.
Baca juga: Fahri Hamzah Duga Ada Pihak yang Marah karena Gibran Lepas dari Genggamannya
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto sebelumnya menyatakan, Presiden Soekarno dan Megawati Soekarnoputri bisa menjadi presiden Indonesia karena punya rekam jejak yang panjang, bukan lewat jalan pintas.
Hasto mencontohkan, sebelum menjadi seorang presiden, Bung Karno sudah berjuang sejak berusia 16 tahun hingga pernah keluar-masuk penjara.
"Akhirnya Bung Karno pun usianya muda terpilih sebagai presiden secara aklamasi karena rekam jejak yang panjang, bukan jalan pintas," kata Hasto di Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (2/11/2023).
Menurut Hasto, putra-putri Bung Karno pun mengikuti proses yang sama, termasuk Megawati.
Ia mengatakan, Megawati terpanggil masuk dunia politik karena rakyat tidak bersuara pada masa Orde Baru yang otoriter dan kerap menempatkan rakyat sebagai musuh.
"Maka kemudian Ibu berjuang, dan kemudian Ibu juga menjadi ketua umum PDI saat itu melalui satu proses yang panjang," ujar Hasto.