“Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah.” – Bung Karno
PIDATO kepresidan Bung Karno pada 17 Agustus 1966 yang berjudul Djas Merah, menjadi pidato terakhir dari Putra Sang Fajar. Selepas itu, kekuasaan Soekarno telah dilucuti oleh rezim bengis Soeharto.
Sabtu, 9 September 2023, Presiden Indonesia ke-VI Susilo Bambang Yudhoyono berulang tahun ke 74. SBY – demikian sebutan singkatnya – adalah presiden pertama era reformasi yang terpilih melalui pemilihan umum secara langsung.
Bersama Joko Widodo, nama SBY tercatat dalam sejarah sebagai presiden yang mampu menang dalam dua kali gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres).
Kini pada usia senjanya, SBY tetap aktif menjadi pembesut klub bola voli LavAni yang pernah menjadi juara Proliga, tetap menghasilkan karya-karya lukis indah serta kerap menjenguk Pacitan, Jawa Timur, tempat kelahirannya.
Sebuah kehormatan, saya pernah dipanggil khusus oleh SBY ke kediaman Cikeas, Jawa Barat di medio 2012 silam. Sebagai pengamat politik yang masih “anak bawang”, ketika itu saya diminta pendapat soal kisruh yang terjadi di tubuh partainya, Demokrat.
Walau saya kerap berkomentar “nyinyir” soal partai berlogo bintang mercy tersebut di media, SBY tidak marah kepada saya. Justru dari saya, SBY ingin mendapatkan pendapat dari sudut pandang yang berbeda.
Tidak hanya saya, SBY dalam kesempatan yang sama juga mengundang satu guru besar dan empat doktor dari berbagai disiplin ilmu.
Pertemuan yang berlangsung hampir 3 jam tersebut menjadi yang pertama dan selanjutnya saya hanya melihat SBY di layar kaca saja. Kalau pun bertemu dalam suatu acara, hanya melihatnya dari jauh.
Saya bisa membayangkan raut kesedihan SBY usai putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) “ditelikung” mendadak oleh sosok anak muda yang selama ini dihormatinya.
Kekecewaan sekaligus kesedihan SBY melihat anaknya yang semula digadang-gadang, bahkan mendapat surat tertulis tangan dari Capres Koalisi Perubahan untuk menjadi pendampingnya.
Siapapun yang menjadi ayah, entah saya, Anda atau SBY sekalipun pasti merasa jengah dan kecewa dengan perilaku yang tidak gentle dan tidak beretika tersebut.
Harusnya, komunikasi yang telah terbangun selama ini tidak melukai dengan cara dusta, memilin kata atau menghindar dari fakta.
Terlepas dari karut marut politik, ada perjuangan lain SBY yang patut dikenang dan tidak boleh dilupakan.
Secara lamat-lamat saya masih mendengar, sebelum lengser dari kursi kepresidenan dan tampuk pemerintahan beralih ke Presiden Joko Widodo, SBY selalu berpesan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Amir Syamsuddin untuk memantau kasus gugatan investor asing. Jika Pemerintah kalah, maka uang negara sebesar Rp 18 triliun bisa diselamatkan.