KOMPAS.com - Lulusan Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) Wa Ode Sastaviani Dewi sedang disibukkan dengan inkubasi bisnis pengembangan budi daya mutiara mabe di tanah kelahirannya, Sampolawa, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Penelitian insersi wisudawati yang baru dilantik pada akhir Agustus 2023 itu berhasil memproduksi mutiara berbagai rupa. Keberhasilan ini semakin mempertebal tekad Wa Ode dalam mengembangkan budi daya mutiara di daerahnya agar masyarakat sejahtera.
Wa Ode adalah anak seorang nelayan kecil pencari ikan tuna harian asal Sampolawa, Buton Selatan, Sultra. Ibunya seringkali mengolah sebagian ikan tangkapan sendiri dan dimasak ikan panggang untuk dijual memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tekanan ekonomi yang terus berlanjut memaksa Wa Ode berpisah dengan kedua orangtuanya. Pada 2017, orangtua Wa Ode terpaksa berpindah ke tempat lebih jauh di Seram Bagian Timur, Maluku, untuk mencari fishing ground atau daerah penangkapan ikan yang lebih banyak.
Baca juga: KKP Bakal Terbitkan Aturan Turunan PP Penangkapan Ikan Terukur per Juli 2023
Kala itu, Wa Ode yang berada di bangku sekolah menengah atas (SMA) berjualan biskuit goreng untuk menyambung hidup bersama kedua adiknya yang masih kecil.
Keinginan kuat untuk mengubah nasib, akhirnya membawa Wa Ode menuntut ilmu di Politeknik AUP melalui jalur khusus bagi anak pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Jalur khusus tersebut merupakan program dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP).
Masyarakat di daerah tempat tinggal Wa Ode memang menggantungkan hidupnya dengan membudidayakan kerang mabe di Teluk Palabusa.
Baca juga: Resep Bakwan Sayur dan Kerang Ala Jepang, Garing Tahan Lama
Mabe merupakan jenis kerang yang memiliki keistimewaan berupa bentuknya yang unik serta masa pemeliharaan yang jauh lebih cepat dibandingkan budi daya kerang mutiara pada umumnya.
Dengan keistimewaan tersebut dan bentuk mutiara setengah bulat itu mengilhami Wa Ode untuk mengembangkan budi daya mutiara kerang mabe yang selama ini dijual sebagai bahan mentah dengan harga murah.
Pengembangan budi daya yang dimulai ketika praktik akhir studi tersebut semakin ia tekuni melalui penelitian dengan fokus pada kinerja kerang mutiara mabe (Pteria penguin) yang diinsersi menggunakan inti mutiara berbeda di perairan Palabusa, Kota Baubau, Sultra.
Penelitian Wa Ode tersebut akhirnya sukses membuah hasil varian bentuk mutiara.
Baca juga: Pantai Mutiara Trenggalek: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute
Selain mutiara berbentuk setengah bulat, ia menyebut, mutiara berbentuk bulat dan hati juga sangat menjanjikan untuk dijual dalam bentuk jadi, sehingga bernilai jual tinggi.
Sebagai dosen pembimbing (dospem) Wa Ode, Ketua Program Studi Teknologi Akuakultur Politeknik AUP Sinar Pagi Sektiana mendukung semangat anak bimbingnya untuk mengembangkan dan memodifikasi budi daya mutiara tersebut agar nilai jualnya meningkat.
Menurutnya, hal yang dilakukan Wa Ode tersebut akan menumbuhkan gairah baru masyarakat yang membudidayakan mutiara di Sampolawa.