Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud Sebut Kritik di Medsos Biasanya Tak Mewakili Fakta dan Pendapat Publik

Kompas.com - 21/08/2023, 14:37 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan bahwa kritik yang disampaikan di media sosial biasanya tidak mewakili fakta dan pendapat publik.

Hal itu disampaikan Mahfud dalam sambutannya pada acara penyerahan hadiah lomba Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (21/8/2023).

Mulanya, Mahfud mengatakan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap penegakan hukum serta politik dan keamanan tinggi, masing-masing 61,9 persen dan 79,3 persen berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas.

“Akhir tahun keempat alhamdulillah semuanya sudah naik, mudah-mudahan bertahap di tahun depan. Karena banyak yang kita kerjakan secara sungguh-sungguh,” kata Mahfud.

Baca juga: Mahfud: Restorative Justice Itu Bersumber dari Kearifan Budaya Hukum Kita

Lalu, Mahfud mengatakan bahwa dirinya tetap mencatat kritik yang disampaikan masyarakat di media sosial.

“Kalau kita melihat medsos, ada kritik yang luar biasa, itu kita dengarkan dan catat. Tetapi di medsos itu biasanya kalau kritik tidak mewakili fakta dan pendapat publik,” ujar Mahfud.

Sebab, kata Mahfud, pengguna media sosial biasanya kelas menengah ke atas.

“Dan kadangkala buzzer-buzzer itu, pengkritik keras, kadangkala orang yang memang sudah hidup di Jakarta, agak oposisi terhadap pemerintah sehingga memberi kesan selalu jelek,” tutur Menko Polhukam.

Dalam sambutannya itu, Mahfud bangga dengan tingkat pencapaian kepuasan masyarakat terhadap penegakan hukum.

Mahfud menyebutkan bahwa angka itu tertinggi dalam periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Bidang hukum juga sekarang (tingkat kepuasan) mencapai tertinggi,” kata Mahfud.

Mahfud lalu membandingkan dengan angka kepuasan masyarakat terhadap penegakan hukum saat dirinya baru menjabat sebagai Menko Polhukam pada 2019.

Baca juga: Mahfud: Banyak ASN dan Pegawai BUMN yang Terpapar Terorisme

“Dulu saya masuk di Polhukam pada 2019, angka hukum itu sedang sangat jelek. Tingkat kepercayaan publik dan kepuasan hanya 49,1 persen waktu itu yang ditunjukkan oleh presiden kepada saya,” tutur Mahfud.

Mahfud kemudian diminta Jokowi untuk memperbaiki penegakan hukum, politik, dan keamanan.

Sementara itu, dalam survei yang sama, tingkat kepuasan masyarakat terhadap politik dan keamanan mencapai 79,3 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com