MADINAH, KOMPAS.com - Masyhur, Masjid Nabawi memiliki keistimewaan dibanding masjid lainnya. Salat di sini, bernilai 1.000 kali lipat salat di masjid lainnya, selain Masjidil Haram di Makkah.
Selain Nabawi, ada masjid lain yang juga punya keistimewaan, yaitu Masjid Quba.
Diriwayatkan dari Ibn Majah dengan Sanad yang shahih, "Siapa bersuci dari rumahnya, lalu datang ke Masjid Quba dan salat, baginya ganjaran seperti pahala umrah."
Baca juga: Suhu Madinah Capai 48 Derajat, Jemaah Haji Lansia Diminta Tak Paksakan Diri ke Nabawi
Dua masjid istimewa itu kini terhubung dengan pedestrian (jalur pejalan kaki).
Jarak di antara keduanya sekitar 3,1 kilometer, membujur dari arah utara (Masjid Nabawi) ke selatan (Masjid Quba). Jika ditempuh dengan jalan kaki, lebih kurang memakan waktu, 50-60 menit.
Kalau kita menghadap pintu utama Masjid Nabawi, jalur menuju pedestrian berada di sebelah sisi kanan.
Baca juga: Bertambah Lagi, Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi Capai 752 Orang
"Saya mencoba jalur ini dari Masjid Nabawi usai Subuh berjamaah, Selasa (1/8/2023), sekitar pukul 05.05 waktu Arab Saudi. Dari dalam masjid Nabawi, saya keluar ke arah pintu Babussalam (Ziarah Makam Nabi), lalu ke kanan menuju Masjid Ghamamah (pintu 309 atau 310)," ujar Kabid Media Center Haji (MCH), Khoiron, Selasa (1/8/2023).
Di dekat Masjid Ghamamah, ada taman cukup luas yang menjadi titik awal pedestrian. Dari situ, jalur menuju Masjid Quba lurus ke arah selatan.
Lebar pedestrian ini umumnya sekitar 15 meter, terbagi menjadi tiga jalur. Sisi kiri dan kanan untuk pejalan kaki, sementara bagian tengah untuk jalur mobil golf, sepeda, dan skuter.
Di dekat taman Masjid Ghamamah, memang tampak sejumlah mobil golf yang disewakan dengan tarif SAR 25 (Rp 100.000).
"Mumpung masih pagi, saya memilih berjalan. Dari taman Masjid Ghamamah, perjalanan dimulai dengan menyusuri halaman depan hotel jemaah haji, lalu ke jalur di bawah fly over menuju bagian Quba Front atau Waajihah Quba," tutur Khoiron.
Di sini, banyak pertokoan baru yang menjual minyak wangi (athuur atau oud), oleh-oleh, hingga kafe dengan sajian kopi dan makanan kekinian ala burger dan sejenisnya.
Jalan terus ke depan, pengunjung akan disambut dengan kawasan pertokoan lama.
"Ruko-ruko dengan rolling door kayu berwarna hitam mengingatkan kita pada suasana kota tua. Kawasan ini didesain layaknya Malioboro, lengkap dengan lampu dan tiang besinya," ungkap dia.
Di beberapa tempat, tampak ada selang yang membentang dari sisi kanan ke kiri jalan, sembari menyemprotkan bulir air untuk menyejukkan udara.