JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Budiman Sudjatmiko jadi sorotan karena pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Budiman mengunjungi Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (19/7/2023) malam.
Perjumpaan keduanya tampak hangat. Budiman bahkan tak segan melempar puja-puji ke mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) tersebut.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Tak Masalah Dipanggil PDI-P Usai Temui Prabowo
Kemesraan Budiman dan Prabowo bertolak belakang dengan situasi puluhan tahun silam. Saat itu, jelang runtuhnya era Orde Baru, keduanya berhadap-hadapan.
Budiman merupakan aktivis reformasi, sedangkan Prabowo seorang militer yang dituding menjadi aktor di balik penculikan sejumlah aktivis tahun 1998.
Budiman merupakan salah satu aktivis reformasi yang saat itu lantang menentang kepemimpinan Presiden ke-2 RI Soeharto.
Ia juga merupakan pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai yang lahir dari organisasi politik bernama Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) kisaran tahun 1994.
Organisasi tersebut mewadahi mahasiswa, buruh, aktivis, dan petani di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki cita-cita tentang sosialisme.
Baca juga: Bidang Kehormatan DPP PDI-P Berencana Panggil Budiman Sudjatmiko Awal Agustus
Pada 27 Juli 1996, terjadi kerusuhan di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Menteng, Jakarta Pusat, yang meluas hingga ke daerah sekitar. Huru-hara yang kini dikenal sebagai peristiwa Kudatuli itu menewaskan sedikitnya 5 orang dan ratusan luka-luka.
Buntut peristiwa itu, sejumlah aktivis PRD ditangkap, tak terkecuali Budiman. Pada tahun 1997, dia diadili dan divonis 13 tahun penjara karena dituding menjadi auktor intelektualis peristiwa Kudatuli.
Namun demikian, Budiman justru merasa “terselamatkan” karena masuk penjara. Sebab, sejumlah rekannya di PRD menjadi korban penculikan rezim kala itu.
Meski begitu, Budiman hanya menjalani hukuman selama kurang lebih 3,5 tahun. Sebab, pada Desember 1999, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memberinya amnesti.
Pernah mendekam di jeruji besi tak membuat Budiman berhenti terlibat dalam politik. Ia melanjutkan karier politiknya dengan bergabung ke PDI Perjuangan pada tahun 2004.
Bahkan, Budiman berhasil menduduki kursi parlemen di Senayan selama dua periode, yaitu anggota DPR dari Fraksi PDI-P pada 2009-2014 dan 2014-2019.
Lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 10 Maret 1970, Budiman sempat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Namun, aktivisme membuat studinya kala itu tak tuntas.