JAKARTA, KOMPAS.com - Pondok pesantren (Ponpes) Al-Zaytun menjadi sorotan publik belakangan lantaran memiliki cara ibadah yang tidak biasa.
Sorotan pertama yang muncul di sosial media adalah ketika shaf shalat Idul Fitri 1444 Hijriah yang bercampung antara laki-laki dan perempuan. Bahkan, ada satu orang perempuan sendiri berada di depan kerumunan shaf laki-laki.
Kontroversi itu kemudian berlanjut dengan beragam pernyataan pimpinan Al-Zaytun, Panji Gumilang. Ia disorot lantaran menyebut seorang wanita boleh menjadi khatib (pengkhutbah) dalam ibadah shalat Jumat.
Selain itu, Panji juga menyebut kitab suci umat Islam, Alquran sebagai kalam Nabi, bukan kalam Tuhan.
Isu lain kemudian muncul, Panji diduga melakukan beragam tindak pidana, mulai dari tindak asusila, perkosaan hingga tindak pidana pencucian uang.
Baca juga: Kemenag Bantah Salurkan Dana Bantuan Miliaran Rupiah ke Ponpes Al-Zaytun
Banyak yang bertanya, sebenarnya seperti apa lembaga pendidikan yang memiliki jenjang tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga Madrasah Aliyah SMA ini?
Meski mengundang kontroversi, laman resmi Al-Zaytun, www.al-zaytun.sch.id masih bisa diakses secara umum.
Dalam profil yang dipampang di laman tersebut, pondok pesantren itu sudah berdiri selama 30 tahun.
Al-Zaytun resmi didirikan pada 1 Juni 1993 bertepatan dengan 10 Dzu al-Hijjah 1413 H di bawah naungan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).
Pemilik dan pendiri secara perorangan tidak disebutkan. Al-Zaytun mengklaim, pemilik mereka adalah semua umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia.
Sedangkan untuk pendirian pembangunan Al-Zaytun dimulai pada 13 Agustus 1996 dengan pembukaan awal pembelajaran dimulai pada 1 Juli 1999.
Masih dalam laman resminya, Al-Zaytun menyebut peresmian secara umum dilakukan oleh Presiden Ketiga RI BJ Habibie pada 27 Agustus 1999.
Baca juga: Mahfud Sebut Pekan Depan Sudah Ada Hasil Kajian Terkait Ponpes Al-Zaytun
Fakta yang tak disebutkan dalam lama seperti siapa pendiri dan siapa sebenarnya pemilik Al-Zaytun dibeberkan oleh Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan.
Ken yang dulunya merupakan bagian dari Al-Zaytun mengatakan, pesantren yang berada di Indramayu, Jawa Barat itu berkaitan erat dengan NII.
Ia bahkan menyebut, Al-Zaytun adalah alat yang dibuat untuk mewujudkan mimpi NII menjadi nyata.