Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coba Keluar dari Perangkap Pertarungan Besar, Indonesia Jajaki Kerja Sama “South Belt”

Kompas.com - 15/06/2023, 05:18 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sedang menjajaki kerja sama dengan negara-negara bagian selatan untuk memperkuat konektivitas dan rantai pasokan global.

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto kemudian menyebut bahwa negara bagian-bagian selatan itu dengan “south belt”.

Dalam acara "Jakarta Geopolitical Forum 2023" di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (14/6/2023), Andi mengatakan bahwa terdapat disrupsi konektivitas dan rantai pasokan global semenjak perang Rusia-Ukraina.

Ditambah lagi, ada perang dagang dan teknologi antara Amerika Serikat dan China.

Baca juga: Lemhannas Ungkap Indonesia-Timor Leste Sedang Berunding soal Perbatasan Laut

“Kemudian, dipikirkan bagaimana caranya agar kita tidak terperangkap dalam pertarungan-pertarungan besar yang memang terjadi di utara kita,” kata Andi saat konferensi pers usai membuka Jakarta Geopolitical Forum ke-7 itu.

“Lalu, menawarkan solusi yang selama ini memang menjadi salah satu inti dari kebijakan luar negeri Indonesia, yaitu kerja sama ‘selatan selatan’,” ujarnya lagi.

Dalam forum itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sebagai keynote speaker atau pembicara kunci, juga mengungkapkan wacana yang sama.

“Ada dua kata kunci yang tadi disampaikan oleh Pak Luhut maupun paparan singkat saya, antara tentang konektivitas dan rantai pasokan global,” kata Andi.

Baca juga: Gubernur Lemhannas Sebut Ada Potensi Eskalasi Ketegangan Maritim antara AS-China

Indonesia, menurut Andi, telah memetakan negara-negara “south belt” mana saja yang akan diajak kerja sama.

“Mungkin di Asia Tenggara bisa muncul sebagai negara utama itu seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina,” ujarnya.

Kemudian, bergeser ke Afrika, Andi Widjajanto menyebutkan negara-negara seperti Ghana, Afrika Selatan hingga Nigeria.

Negara-negara timur tengah seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi juga tidak ketinggalan disebutnya.

“Dari Nigeria kita geser, kita ketemu Amerika Latin. Nah, di situ yang terkuat ada Brasil dan Argentina, dan beberapa komoditas strategis ada Chile misalnya,” kata Andi.

“Kalau kita bisa meramu konektivitas dan rantai pasok di south belt ini, tali selatan ini, maka kita bisa menemukan solusi tentang konektivitas selatan,” ujarnya lagi.

Baca juga: Lemhannas Kaji Revisi UU TNI yang Akan Memasuki Usia 20 Tahun

Andi Widjanjanto mengatakan, komoditas strategis seperti nikel, lithium, alumunium, bauksit, serta minyak dan gas mempunyai pangsa pasar yang sangat besar.

“Karena ada negara-negara dengan populasi besar seperti Brasil, Indonesia, dan Nigeria misalnya di kawasan ini, termasuk dengan India,” kata Andi.

“Kita tinggal mencari kolaborasi ini bisa juga melakukan adopsi teknologi-teknologi,” ujarnya melanjutkan.

Andi mengungkapkan, pertarungan global yang terjadi antara Amerika dan China atau perang Rusia-Ukraina, telah menyediakan kesempatan bagi Indonesia untuk menawarkan “konektivitas selatan”.

“Menggalang rantai pasokan baru untuk negara-negara di belahan selatan yang memiliki spektrum lengkap komoditas strategis, sampai tadi misalnya untuk memproduksi dan memasarkan produk-produknya,” kata Andi Widjajanto.

Baca juga: Lemhannas Sebut Indonesia Perlu Dua Pemilu Lagi untuk Matangkan Demokrasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com