Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Projo Bilang Presiden Ragu dengan Parpol Pengusung Ganjar, PPP: SBY dan Jokowi Nyatanya Menang

Kompas.com - 25/05/2023, 19:00 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy atau Rommy menganggap jumlah partai politik (parpol) pengusung calon presiden (capres) tak menentukan kemenangan pada gelaran pemilihan presiden (pilpres).

Sebagai contoh, saat Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencalonkan diri di Pilpres 2004 dan Presiden Joko Widodo mencalonkan diri sepuluh tahun kemudian.

Saat itu, pasangan SBY-Jusuf Kalla (JK) hanya diusung oleh tiga partai politik, yakni Demokrat, PBB dan PKPI. Padahal rival mereka, Wiranto-Salahuddin Wahid diusung empat parpol, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo diusung delapan parpol, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi diusung dua parpol, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar diusung satu parpol.

Baca juga: Projo Bilang Jokowi Ragu Parpol Bisa Menangkan Ganjar, PPP: Terlalu Dini

Sementara, ketika Jokowi-JK maju pada 2014, pasangan itu diusung oleh empat parpol, yakni PDI-P, PKB, Nasdem dan Hanura, ditambah PKPI sebagai pendukung. Rivalnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa diusulkan enam parpol yaitu Golkar, Gerindra, PAN, PKS, PPP dan PBB, serta Demokrat sebagai partai pendukung.

“Sejak pilpres langsung 2004 terbukti, tidak selalu ada kesinambungan antara kekuatan parpol pengusung dengan kemenangan capres. 2004, SBY hanya diusung 8 persen suara parpol, nyatanya menang. 2014, Jokowi hanya diusung 4 melawan 6 (parpol) parlemen, nyatanya menang,” ujar Rommy pada Kompas.com, Kamis (25/5/2023).

Rommy menyampaikan hal ini menanggapi pernyataan Ketua Umum Relawan Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi ragu bahwa Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, akan memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Baca juga: Jokowi Dinilai Main Dua Kaki Soal Capres, Projo: Dia Kaki Seribu

Pasalnya, sejauh ini Ganjar baru diusung oleh dua parpol, yakni PDI Perjuangan dan PPP. Presiden, menurut Budi, dua parpol ini bisa membawa kemenangan untuk Ganjar di kontestasi nasional mendatang.

Romy menilai, penilaian Budi yang disampaikan pada saat ini terlalu prematur. Pasalnya, konstelasi politik saat ini masih cair.

“Keraguan itu terlalu dini. Formasi koalisi, formasi capres dan formasi cawapres kan belum final, masih bisa berubah,” tutur dia.

PDI-P dan PPP, menurut dia, masih membuka kesempatan bagi parpol lain untuk memperbesar dukungan kepada Ganjar. Sehingga, komunikasi politik pun masih terus dilakukan kepada parpol lain.

Baca juga: Projo Beberkan Tak Ada Nama Anies di Simulasi Capres-cawapres

“Soal koalisi besar, PDI-P dan PPP hari ini masih membuka diri kepada partai manapun untuk bergabung, terutama anggota KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) di mana PPP di dalamnya,” imbuh dia.

Adapun KIB diisi oleh tiga parpol, yakni PPP, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar. Selain PPP yang telah mengusung capres, Golkar kini juga  tengah menjajaki pembentukan koalisi baru bersama PKB dan Gerindra.

Sementara PAN, hingga kini masih belum menentukan sikap untuk mengusung bakal capres manapun. Belakangan, dalam rapat internal pada Selasa (23/5/2023) kemarin, sejumlah elite PAN justru melontarkan opsi pasangan capres baru, yakni Airlangga Hartarto-Zulkifli Hasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com