Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Geostrategi Sistem Keamanan Melawan KKB

Kompas.com - 26/04/2023, 12:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONFERENSI Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949, dihadiri perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO –perwakilan berbagai negara yang diciptakan Belanda di Kepulauan Indonesia—begitu sengit.

Tambahan lagi masalah Papua Barat pun mencuat. Belanda merasa lebih berhak atas wilayah di bagian timur Kepulauan Nusantara ini.

Karuan saja Republik Indonesia menolak tegas. Maka sengketa ini semakin berlarut-larut, sampai pada 19 Oktober 1961, Belanda membentuk Komite Nasional Papua.

Bersama ini kekuatan militer dibangun lebih masif. Belanda melakukan pameran bendera bersama kapal-kapal perangnya.

Karuan saja ini semakin mengundang reaksi keras Pemerintah Republik Indonesia. Lantas pada 19 Desember 1961, Presiden Ir. Soekarno membacakan hal-hal yang dirumuskan oleh Dewan Pertahanan Nasional, yaitu Tri Komando Rakyat atau Trikora di alun-alun Yogyakarta.

Pada pagi hari, di Alun-Alun Utara Yogyakarta ini, Bung Karno menyampaikan tiga isi Trikora di hadapan ratusan ribu rakyat dari Yogyakarta dan luar daerah Yogyakarta.

Bung Karno berkobar-kobar menegaskan bahwa bendera Merah Putih harus berkibar di Irian Barat (Papua). Lantas pemimpin besar ini memobilisasi umum untuk mengambil kembali Irian Barat.

Isi Trikora yang sampai kini selalu menginspirasi adalah gagalkan negara boneka Papua, kibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di Papua, dan siapkan diri untuk mobilisasi umum.

Kemudian Soekarno bersama para pejabat tinggi Indonesia pada 6 Maret 1961, membentuk Korps Tentara Kora-1 dan Mayor Jenderal Soeharto menjadi panglima komandonya.

Nama kesatuan ini beberapa kali mengalami perubahan, dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (Tjaduad) hingga menjadi Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Pada 11 Desember 1961, pemerintah Indonesia juga membentuk Dewan Pertahanan Nasional (Depertan).

Jejak-jejak sejarah itu memberi ketegasan bahwa Papua ke pangkuan ibu pertiwi penuh perjuangan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati, masalah Papua telah selesai.

Bila hari-hari belakangan ini mencuat lagi masalah Papua dengan aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), maka bangsa ini tidak boleh diam.

Apalagi KKB punya motif untuk memisahkan Papua dari NKRI, tentu saja harus diberikan tindakan tegas. Jangan sampai motif mereka menjadi menguat dan menyebarkan teror, kejahatan, dan kekerasan demikian marajalela.

Aksi kejahatan KKB

Kelompok Kriminal bersenjata (KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kembali melakukan aksi kejahatan.

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, sebagaimana disiarkan pers pada 18 April 2023, menegaskan bahwa jumlah prajurit TNI yang tewas dalam serangan KKB di Nduga, Papua berjumlah satu orang. Sementara itu, ada 4 prajurit lainnya masih dalam proses pencarian.

Serangan KKB terhadap satuan tugas dari Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna terjadi di Distrik Mugi-Mam, Nduga Papua Pegunungan pada 15 April 2023.

KKB juga mengusir warga di Kampung Mambak Sugapa, Intan Jaya, untuk mengosongkan kampungnya dengan alasan akan berperang dengan aparat keamanan TNI-Polri.

Aksi teror kerap dilakukan KKB di berbagai wilayah di Papua. Dalam aksi serangannya, KKB sering mengeluarkan propaganda dan salah satunya fitnah terhadap pasukan TNI-Polri.

Sejumlah peristiwa yang ada memperlihatkan betapa KKB lihai menebar teror, baik kepada warga sipil maupun TNI dan Polri, seolah mengejek Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kondisi nihilisme penuh dilematis.

Dalam catatan sejarah, KKB pada 16 Februari 2021, di Boega, melakukan penganiayaan dengan menggunakan parang (pembacokan) pada belakang leher korban bernama Dejalti Pamean.

Pada 8 April 2021, penembakan yang menewaskan seorang guru bernama Oktovianus Rayo.

Pada 9 April 2021, melakukan penembakan yang menewaskan seorang guru bernama Jonatan Renden. Lalu 11 April 2021, pembakaran SMA Negeri 1 Beoga, serta pada 13 April 2021, melakukan pembakaran rumah Kepala SMP Negeri 1 Junaedi Sulele.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com