JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menduga, mencuatnya wacana koalisi besar merupakan strategi sejumlah partai politik untuk "mengepung" PDI Perjuangan.
Lewat wacana ini, koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dinilai tengah berupaya membujuk PDI-P agar bergabung bersama mereka membentuk koalisi baru.
Adapun koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) digagas oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dibentuk Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Wacana koalisi besar merupakan strategi politik untuk 'mengepung' PDI-P agar bersedia menyerahkan golden ticket-nya kepada arus besar partai-partai pemerintah ini," kata Umam kepada Kompas.com, Jumat (7/4/2023).
Baca juga: Siap Jadi Tuan Rumah, PDI-P Sebut Puan Bakal Undang 5 Parpol Penggagas Koalisi Besar
Umam menduga, koalisi besar cenderung ingin mencalonkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres).
Upaya tersebut tampaknya didukung oleh Presiden Joko Widodo yang belakangan semakin sering melempar sinyal dukungan ke Menteri Pertahanan itu.
Sementara, PDI-P diharapkan bersedia menempatkan kadernya di kursi calon wakil presiden (cawapres).
Kendati demikian, menurut Umam, baik KIR maupun KIB sadar bahwa keinginan itu sulit diterima PDI-P.
Baca juga: PDI-P: Puan Intensif Bicara dengan Para Ketum Parpol agar Gagasan Koalisi Besar Ditindaklanjuti
Oleh karenanya, mereka mewacanakan pembentukan koalisi besar dengan maksud mempersempit langkah partai banteng, sehingga tak ada pilihan selain PDI-P bergabung.
"PDI-P tampaknya juga paham bahwa gerbong koalisi besar tengah mengepung dirinya agar bersedia berpuas diri menempati posisi nomor sebagai posisi cawapres," ujar Umam.
Namun, sebagaimana telah terprediksi, kata Umam, PDI-P enggan didikte oleh agenda koalisi besar tersebut. Partai banteng dinilai sengaja membatasi ruang negosiasinya dengan partai-partai yang mewacanakan koalisi besar.
Ini tercermin dari tidak hadirnya Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dalam pertemuan Ketua Umum Gerindra, Ketum Golkar, Ketum PKB, Ketum PAN, dan Ketum PPP bersama Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
Sebagai partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut yang elektabilitasnya paling besar, PDI-P diyakini enggan jika kadernya hanya ditempatkan di kursi calon RI-2.
"Karena PDI-P memiliki elektabilitas partai yang lebih tinggi, punya capres potensial yang elektabilitasnya juga lebih tinggi, dan bahkan punya golden ticket yang bisa mengusung calon sendiri," kata Umam.
Umam pun menilai, langkah ini mencerminkan keteguhan sikap PDI-P yang tidak mudah tergiur bergabung bersama partai-partai yang hendak mendompleng kekuatan mesin politiknya.