Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transformasi SDM Jadi Fokus RUU Kesehatan, Berangkat dari Distribusi Tenaga Kesehatan yang Kurang Merata

Kompas.com - 30/03/2023, 20:23 WIB
Miska Ithra Syahirah,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan menjadi salah satu fokus Kementerian Kesehatan yang dalam pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan.

Menurut Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes RI Arianti Anaya, transformasi SDM kesehatan penting demi menuntaskan akar permasalahan tenaga kesehatan.

Permasalahan itu antara lain, jumlah nakes yang belum mencukupi untuk pemerataan distribusi dan kualitas tenaga kesehatan yang belum memenuhi standar.

"Kalau jumlah saja belum mencukupi, bagaimana kita bisa ratakan distribusinya. Kalau distribusi kurang merata, maka lengkap lah sudah pemerataan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia yang masih keliatan banyak sekali bolong-bolongnya," katanya dalam Public Hearing RUU Kesehatan di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Baca juga: Pemerintah Godok Masa Berlaku STR Tenaga Kesehatan Jadi Seumur Hidup dalam RUU Kesehatan

Buntut dari permasalahan tersebut, transformasi SDM kesehatan diletakkan di bawah tiga pilar pembahasan transformasi lainnya dalam RUU Kesehatan, yaitu transformasi layanan primer, layanan rujukan, dan sistem kesehatan.

Hal itu semata-mata karena transformasi SDM kesehatan sangat diperlukan untuk menyokong transformasi tiga pilar di atasnya.

"Tidak mungkin transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, maupun sistem kesehatan ini bisa berjalan dengan baik tanpa SDM yang baik," tuturnya.

Transformasi kesehatan yang sedang gencar dilakukan Kemenkes ini merupakan bagian dari tindak lanjut berbagai keluhan masyarakat terkait permasalahan kesehatan di Indonesia.

Baca juga: Lewat RUU Kesehatan, Kemenkes Bakal Perbaiki Pengumpulan SKP lewat Sistem Online

Arianti menyebut, saat ini terdapat lebih dari lima puluh daftar inventarisasi masalah (DIM) yang telah diubah dalam RUU Kesehatan dalam pembahasan pemerintah dan DPR RI.

"DIM yang ada cukup banyak dan perubahan DIM juga sangat besar dan kalau saya melihat dari angka perubahan DIM ini, itu ada dari inisiatif DPR berdasarkan data atau masukan dari ibu bapak, DIM ada perubahan lebih dari 50," sebutnya.

Diberitakan sebelumnya, RUU Kesehatan kini telah resmi menjadi RUU inisiatif DPR RI dalam rapat paripurna DPR yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (14/2/2023).

Hadirnya RUU Kesehatan pada RUU inisiatif DPR RI lantas diharapkan mampu meningkatkan dan meratakan distribusi penempatan dokter, terutama dokter spesialis di Indonesia.

Baca juga: Lewat RUU Kesehatan, Pemerintah Upayakan Pemenuhan Hak-hak Kesehatan Masyarakat

Sebab, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono sebelumnya mengatakan angka rasio ketersediaan dokter saat ini terlampau jauh dibandingkan angka ideal yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu 0,63 dokter per 1.000 populasi yang seharusnya 1 dokter per 1.000 populasi.

Dante juga menyinggung jumlah ketersediaan dokter spesialis yang hanya berkisar 77.000 orang. Angka itu masih jauh dari rasio ideal.

"Itu artinya, 0,23 untuk 1.000 penduduk. Melihat pemetaan di Indonesia itu paling tidak 0,46 per 1.000 penduduk," ujar Dante di Ballroom Gran Melia, Jakarta Selatan, Kamis, (16/3/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com