JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Agus Pramusinto mengatakan, keberadaan tenaga honorer sebaiknya tidak dipolitisasi untuk pemenangan suara menjelang tahun politik.
Menurut dia, dibandingkan dengan posisi aparatur sipil negara (ASN), kondisi para honorer saat ini lebih rentan diintervensi.
"Saya kira ini harus menjadi perhatian kita semua. Jangan sampai tenaga honorer ini menjadi area permainan. PNS yang sudah jelas (statusnya) akan terkena, apalagi honorer yang kontrak tahunan," ujar Agus, dilansir dari siaran pers di laman resmi KASN, Selasa (28/2/2023).
Baca juga: Nasib 2,3 Juta Tenaga Honorer Tak Jelas, PHK2I: Kami Bahagia jika Diangkat Jadi ASN
Menurut Agus, pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, pelanggaran netralitas abdi negara berpotensi meningkat.
Kondisi tersebut berkaca dari pilkada serentak 2020 yang mana KASN menerima 2.034 pengaduan mengenai pelanggaran netralitas ASN, dengan catatan angka tersebut terjadi selama pilkada di 270 daerah.
"Belum lagi pada 2024 yang akan datang, terdapat pemilihan presiden, pemilihan legislatif, dan 548 pilkada serentak, maka bukan tak mungkin angka pelanggaran turut meningkat," jelas Agus.
Baca juga: Nasib 2,3 Juta Honorer Terkatung, Pemerintah Masih Carikan Solusinya
Sementara itu, melihat potret tenaga honorer di Indonesia, Agus menggarisbawahi bahwa jumlahnya masih sangat besar, yaitu sekitar 2,3 juta orang.
"Tentunya itu menjadi satu hal yang penting untuk dipikirkan penanganannya terlebih akhir 2023 ada wacana penghapusan tenaga honorer," ungkapnya.
"Penanganan yang tepat diperlukan supaya tidak mengganggu pelayanan publik yang sudah berlangsung selama ini," tegas Agus.
Dia meminta agar apa pun kebijakan yang akan diputuskan soal tenaga honorer nantinya diharapkan tak mengganggu pelayanan kepada masyarakat.
Baca juga: Pemerintah Buka Opsi Tidak Akan Berhentikan Tenaga Honorer
"Keberadaan mereka (tenaga honorer) yang sudah telanjur untuk melayani, sudah kita pastikan mereka sudah bekerja, mestinya kompetensinya diperhatikan," ungkap Agus.
"Kita harus menilai kinerja mereka, basisnya adalah yang sudah dilakukan. Karena itu memang tiap tahun harus ada evaluasi kinerja," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.