Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asops Polri dan "Match Commissioner" Penuhi Panggilan Komnas HAM soal Tragedi Kanjuruhan

Kompas.com - 19/10/2022, 15:50 WIB
Vitorio Mantalean,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asisten Operasional (Asops) Mabes Polri dan match commissioner laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 memenuhi panggilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada Rabu (19/10/2022) siang.

Pantauan Kompas.com, Asops Mabes Polri mengirim Kepala Biro Kerja Sama Kementerian/Lembaga Brigjen Pol Dedy Setiabudi untuk panggilan ini.

Dedy datang menyusul setelah kedatangan seorang kepala bagian Asops Mabes Polri, Kombes Heri Heryandi yang membawa 3 lembar map ke kantor Komnas HAM yang ia sebut terkait tahapan penyusunan pengamanan.

Baca juga: Komnas HAM Panggil PT LIB, Match Commisioner PSSI, dan Asops Mabes Polri soal Tragedi Kanjuruhan

Sementara itu, match commissioner Arema vs Persebaya tiba belakangan dan langsung naik menuju lantai atas untuk dimintai keterangan.

Komisioner bidang penyelidikan dan pemantauan Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam, menyampaikan bahwa pemanggilan ini berkaitan dengan pemeriksaan yang telah dilakukan Komnas HAM sebelumnya, baik di Malang, Jawa Timur maupun permintaan keterangan terhadap PSSI dan pihak penyiar.

Kepada match commisioner, Komnas HAM akan mendalami tugas dan kewenangan serta kepada siapa mereka bertanggung jawab.

"Siapa yang mengangkatnya, bagaimana mekanisme kerjanya, termasuk apa yang dia dapatkan dua hari sebelum hari H ketika proses pertandingan sepak bola di Kanjuruhan tersebut," ujar Anam kepada wartawan, Rabu.

Baca juga: Panggil PT LIB soal Kanjuruhan, Komnas HAM Dalami Dugaan Kapolres Malang Ditekan

Sementara itu, dari pihak Asops Mabes Polri, Komnas HAM bakal memeriksa hubungan antara kepolisian dan PSSI di proses awal persiapan laga Arema versus Persebaya yang berakhir tragis.

"Jadi postur keamanan, desain keamanan, hubungan pembicaraan dan lain sebagainya antara PSSI dan Mabes Polri itu yang akan kami dalami," lanjutnya.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 malam usai laga derbi Jawa Timur yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya.

Pertandingan itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tamu.

Baca juga: Komnas HAM Sayangkan Langkah Pemprov Jatim Hentikan Biaya Rawat Korban Tragedi Kanjuruhan

Tragedi dipicu oleh tembakkan gas air mata polisi yang mayoritas mengarah ke tribun selatan stadion, membuat suporter tunggang-langgang berebut pintu keluar, mengakibatkan banyak orang berdesakan dan terinjak-injak dalam keadaan sesak napas.

Sedikitnya 133 orang meninggal dunia akibat tragedi ini dan lebih dari 600 lainnya luka-luka. Tak sedikit penyintas yang masih menderita sakit pernapasan dan bagian mata akibat efek gas air mata.

Komnas HAM dan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) bentukan pemerintah telah menyatakan temuan bahwa Tragedi Kanjuruhan dipicu oleh penembakan gas air mata polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com