Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melakukan Amandemen Konstitusi untuk Menunda Pemilu Dinilai Kontra Produktif dengan Semangat Reformasi

Kompas.com - 12/04/2022, 18:20 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, wacana amendemen konstitusi untuk menunda pemilu kontraproduksi dengan semangat reformasi. 

Hanya saja, ia mengatakan, amendemen UUD 1945 bisa dilakukan asal sesuai dengan tujuan negara.

“Tapi dengan amendemen untuk menunda pemilu yang berarti memperpanjang kekuasaan, itu sangat kontraproduktif secara filosofis dengan reformasi,” tutur Firman dalam program Gaspol! Kompas.com, Selasa (12/4/2022).

“Karena hakikat reformasi adalah rasionalitas kekuasaan, dengan membatasi kekuasaan,” jelas dia.

Ia menjelaskan, salah satu roh reformasi adalah menolak kekuasaan tanpa batas. Oleh karena itu, amendemen pertama yang dilakukan bertujuan untuk membatasi kekuasaan, setelah Indonesia dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun.

Baca juga: Sebut Amendemen UUD 1945 Sulit Dilakukan, Pimpinan MPR: PPHN Saja 10 Tahun Enggak Kelar

“Persoalan mendasar kita di masa orde baru adalah kekuasaan yang diperpanjang. Padahal kita tahu power tends to corrupt, absolute power, corrupt absolutely,” sebutnya.

Firman menyayangkan alasan beberapa pihak melontarkan wacana penundaan pemilu.

Dalam pandangannya, alasan penundaan pemilu berpatokan pada sudut pandang pengusaha.

“Ini oligarki lagi, kemudian dibuatlah suatu ilusi tentang 110 juta big data. Artinya legitimasi, alasannya pun tidak mengakar. Ini halusinasi elitis yang punya kaitan dengan orang-orang di lingkar kekuasaan,” papar dia.

Firman melihat, jika wacana penundaan pemilu akhirnya direalisasikan maka Indonesia sudah memasuki era pasca demokrasi.

“Kita hanya ada secara prosedural saja tapi substansinya ini demokrasinya elite di atas elite. Cara mereka berargumen pun sangat elitis,” imbuhnya.

Diketahui wacana penundaan pemilu sempat disampaikan oleh tokoh-tokoh di kalangan legislatif maupun eksekutif.

Seperti Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Baca juga: Badan Pengkajian MPR Disebut Sepakat Tak Lakukan Amendemen untuk PPHN, tapi Melalui UU

Dari sisi eksekutif, wacana ini disampaikan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto serta Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Presiden Joko Widodo telah memberikan respon atas wacana ini. Ia meminta agar para menterinya untuk fokus para pekerjaannya saat ini.

Mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu pun telah mengumumkan bahwa pemilu akan dimulai 14 Februari 2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com