Salin Artikel

Melakukan Amandemen Konstitusi untuk Menunda Pemilu Dinilai Kontra Produktif dengan Semangat Reformasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, wacana amendemen konstitusi untuk menunda pemilu kontraproduksi dengan semangat reformasi. 

Hanya saja, ia mengatakan, amendemen UUD 1945 bisa dilakukan asal sesuai dengan tujuan negara.

“Tapi dengan amendemen untuk menunda pemilu yang berarti memperpanjang kekuasaan, itu sangat kontraproduktif secara filosofis dengan reformasi,” tutur Firman dalam program Gaspol! Kompas.com, Selasa (12/4/2022).

“Karena hakikat reformasi adalah rasionalitas kekuasaan, dengan membatasi kekuasaan,” jelas dia.

Ia menjelaskan, salah satu roh reformasi adalah menolak kekuasaan tanpa batas. Oleh karena itu, amendemen pertama yang dilakukan bertujuan untuk membatasi kekuasaan, setelah Indonesia dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun.

“Persoalan mendasar kita di masa orde baru adalah kekuasaan yang diperpanjang. Padahal kita tahu power tends to corrupt, absolute power, corrupt absolutely,” sebutnya.

Firman menyayangkan alasan beberapa pihak melontarkan wacana penundaan pemilu.

Dalam pandangannya, alasan penundaan pemilu berpatokan pada sudut pandang pengusaha.

“Ini oligarki lagi, kemudian dibuatlah suatu ilusi tentang 110 juta big data. Artinya legitimasi, alasannya pun tidak mengakar. Ini halusinasi elitis yang punya kaitan dengan orang-orang di lingkar kekuasaan,” papar dia.

Firman melihat, jika wacana penundaan pemilu akhirnya direalisasikan maka Indonesia sudah memasuki era pasca demokrasi.

“Kita hanya ada secara prosedural saja tapi substansinya ini demokrasinya elite di atas elite. Cara mereka berargumen pun sangat elitis,” imbuhnya.

Diketahui wacana penundaan pemilu sempat disampaikan oleh tokoh-tokoh di kalangan legislatif maupun eksekutif.

Seperti Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Dari sisi eksekutif, wacana ini disampaikan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto serta Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Presiden Joko Widodo telah memberikan respon atas wacana ini. Ia meminta agar para menterinya untuk fokus para pekerjaannya saat ini.

Mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu pun telah mengumumkan bahwa pemilu akan dimulai 14 Februari 2024.

https://nasional.kompas.com/read/2022/04/12/18202861/melakukan-amandemen-konstitusi-untuk-menunda-pemilu-dinilai-kontra-produktif

Terkini Lainnya

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke