Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Hati-hati di Jalan, Jangan seperti Sri Lanka

Kompas.com - 09/04/2022, 13:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Kukira takkan ada kendala
Kukira ini 'kan mudah
Kau-aku jadi kita
Kukira kita akan bersama
Hati-hati di jalan

Penggalan lirik lagu “Hati-Hati di Jalan” yang disenandungkan suara merdu Tulus begitu rancak menggambarkan hubungan sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Jika di awal hubungan begitu yakin akan selalu bersama, namun pada akhirnya harus berpisah karena begitu besar perbedaan di antara sepasang kekasih ini.

Memang sulit menyatukan ego masing-masing individu ketika memutuskan untuk bersatu. Bisa jadi, setiap individu memiliki keinginan yang tidak sama dan tidak sebangun dengan pasangannya.

Kerap kali, hubungan yang dipaksakan memang terlihat romantis dari luar, tetapi sebenarnya rapuh di dalamnya.

Hubungan yang dipaksakan bersifat toksik dan perpisahan menjadi pilihah terbaik dari masing-masing individu.

Melihat relasi antarpasangan kekasih yang saling jatuh cinta lalu berpisah, membuat saya teringat dengan kondisi perpolitikan kita saat ini. Jokowi selama dua periode ini, begitu banyak memiliki “kekasih” politik.

Ada yang bersama terus hingga akhir periode, ada yang bersama karena “terpaksa” dan ada pula yang ingin menjadi “kekasih” baru dengan menelikung kekasih yang lain.

Lalu di manakah ada cinta sebagai landasan partai politik berpasang-pasangan?

Cinta dalam biologi dilihat sebagai gejolak hormon-hormon yang menstimulus kesenangan berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, dan neuropinephrin yang melonjak bersamaan dengan kehadiran orang yang diimpikan. Ibaratnya seperti komika Marshel Widiyanto memimpikan Dea Onlyfams.

Hormon-hormon tersebut bereaksi agar manusia, dapat menyeleksi pasangan yang terbaik.

Sementara dalam politik yang penuh dengan intrik dan strategi, landasan cinta adalah utopia belaka. Yang ada adalah relasi yang saling menguntungkan ke dua belah pihak.

Tidak ada cinta yang gratis, semua kasih sayang berbayar dan bermahar.

Relasi politik Jokowi, menteri & partai

“Gonjang-ganjing” politik terkini seperti kemarahan Presiden Joko Widodo terhadap para pembantunya yang gagal “menghandle” kegaduhan publik terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kelangkaan minyak goreng adalah cerminan “kepanikan” komunikasi Istana.

Setiap kemarahan publik, entah karena langkanya minyak goreng di pasaran serta sulitnya pengemudi mendapatkan solar dan kini juga pertalite, selalu yang menjadi sasaran tembak adalah Jokowi.

Para menterinya justru sibuk “bersembunyi” di belakang ketiak Jokowi. Alih-alih maju ke depan - ibarat Harmoko dulu menjadi menteri penerangan di era daripada Soeharto – kini para menteri sibuk mematut pencitraan dirinya lewat anjungan tunai mandiri, baliho atau lini masa.

Tidak ada yang berani menjadi corong resmi infomasi Istana walaupun itu termasuk ranah kementeriannya, semuanya terpaku dengan kesibukan diri sendiri dan partainya jelang suksesi 2024.

Sebelumnya amarah Jokowi seperti tertumpahkan saat membuka acara Afirmasi Bangga Buatan Produk Indonesia di Bali, Jumat (25/3/2022).

Tiga menteri tanpa tedeng aling-aling disebut Jokowi sebagai pemimpin kementerian yang “permisif” dengan barang impor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com